00 | Malam Kelam

180K 12.2K 837
                                    

Absen brodi

Jangan lupa untuk spam komen karena aku suka hehe

Sudah Di Revisi

-Skizofrenia-













Jakarta, 05 Agustus 1990

Cerita di buka di Tahun 1990. Saat itu gerimis tengah menjamah kota Jakarta di tengah malam. Seorang wanita berpakaian baju kasual serta rok mini ngetat selutut itu berlarian di bawah gelapnya malam. Memijak beberapa genangan yang menyebar, hingga sepatunya basah. Hari ini ia mendapat lembur. Kantor pun tidak menerima karyawan menginap meski dengan konteks menyelesaikan pekerjaan. Alhasil, setelah mengejarkan semua tugas-tugasnya, ia lantas nekat pulang menerobos hujan di tengah malam.

Saat itu pun becak dan Angkot sudah tak lalu lalang. Mau tak mau, ia harus jalan kaki dari kantor hingga ke rumah. Melewati jalan yang biasanya ia lewati, jalan paling dekat untuk sampai ke rumah. Di sepanjang jalan hanya kegelapan dan sunyi senyap yang ada. Hanya terdengar suara derap hells sepatu Fara saja yang masih senantiasa mengisi kesepian. Juga cahaya remang, disisi jalan yang sama dengan yang dilalui dirinya sejak tadi.

Hari ini cukup melelahkan. Banyak hal yang ia kerjakan di kantor tadi. Namun, ia tak pernah merasa bosan. Ia ingin selalu melakukan ini, pekerjaan ini. Ia ingin selalu bekerja, bekerja, dan bekerja. Tanpa perlu memikirkan lagi soal ingin punya anak. Karena ketika takdir sudah berkata semestinya, maka memaksanya bukanlah pilihan. Ia sendiri sudah menemukan cara terbaik dalam menyemangati diri sendiri. Dan melakukan pekerjaan ini adalah caranya melupakan semua hal tentang itu, hingga perlahan ikhlas menjadi jawabannya.

Lalu, di sepanjang jalan yang ia lewati. Ia dapati sekumpulan laki-laki teler dengan pakaian yang cukup berantakan, rantai yang mengait di saku, juga tato serta potongan rambut urak urakan. Lantas Fara bermonolog dalam diri, "Apa aku muter aja?" batin Fara dalam hati.

Fara tahu, jika ia memilih memutar balik, sekarang. Melewati jalur lain yang cukup jauh jaraknya. Ia akan sampai di rumah dengan kaki yang terpincang -pincang nantinya. Terlebih sepatu yang ia kenakan saat ini telah membuat kedua mata kakinya lecet. Dan jika ia nekat menerobos para preman itu, juga bukan solusi terbaik. Sama saja mencari mati. Terlebih baju yang ia kenakan saat ini cukup minimalis, bisa memancing mereka yang melihat Fara dengan pakaian ini.

Belakangan ini juga sedang marak maraknya pemerkosaan yang dilakukan preman-preman kota kepada para karyawati muda dan Fara tidak ingin menjadi salah satunya. Lebih baik letih berjalan jauh, dari pada cari mati dengan cara tidak wajar. Lantas keputusannya bulat, ia perlahan berbalik badan. Tidak ingin satu suara pun terdengar, yang lalu akan menyadarkan mereka akan kehadiran Fara disana.

Namun ...

Trak!

Tangkai hells Fara tanpa sengaja patah, sebab putaran gesekan yang terlalu padat. Menimbulkan suara gemertak yang cukup bergumam di tempat yang sunyi ini. Sontak Fara menoleh kearah belakang, menatap kelimanya yang balik menatap sadar. Bak mendapat mangsa tanpa lelah mencari, mengukir raut senang mereka mengejar. Fara yang merasa terancam, bersi cepat mencabut kedua sepatunya dari kaki, berganti di genggamnya di tangan. Lalu bergegas lari sekuat mungkin.

"TOLONG!" jerit Fara. Berharap ada yang mendengarnya.

BRAK!

Fara tersandung kakinya sendiri. Sehingga membuatnya tersungkur begitu saja ke aspal. Lagi-lagi seperti keberuntungan tengah berpihak pada mereka. Tanpa menyia nyiakan kesempatan, salah seorang menggapai tubuh Fara begitu mudahnya dan lalu menguncinya dengan erat.

"Hayo mau lari kemana?"

Namun tak berhenti sampai disitu saja perjuangan Fara. Lengan kanannya yang masih bebas bergerak itu, menghantamkan sepatu yang di genggamnya ke-kepala Preman yang mencengkramnya.

Bug!

Belum lama ia terbebas, tangan lain kembali menangkapnya tanpa butuh waktu lama.

"Pelacur brengsek!" Umpat preman itu sembari mengeratkan tautan tangannya di tubuh Fara hingga tak lagi bisa bergerak. "TOLOnghh" mulutnya dibekap. Sehingga suara jeritannya menjadi senyap. Salah satu laki - laki itu meremak dua gundukkan di belakang tubuh Fara. Sontak membuat wanita itu memberontak.

"Enak ini mah. Langsung bawa aja ke tempat biasa" titah salah seorang. Membuat wanita muda berambut coklat gelap itu melotot bergemetar.

Plak! plak! plak!

Hentakan kaki Fara, memberontak. Tak acuh mereka mengabaikan Fara, lalu menyeretnya kesuatu tempat yang tampak seperti gudang. Di dalamnya sudah tersedia satu buah ranjang tanpa kaki. Kemudian di atasnya sudah terdapat tubuh wanita telanjang tanpa nyawa. Yang lantas membuat Fara amat ketakutan, karena fakta ada korban lain yang di buat tewas oleh mereka. Bagaimana jika nasib yang sama terjadi padanya, bagaimana jika hari ini adalah hari terakhir ia melihat dunia. Ia sendiri bahkan tidak bisa mengontrol pikirannya sendiri, karena ia benar-benar ketakutan.

"Buang tuh cewek. Udah mati juga."

Salah seorang dengan tato dan rantai di pergelangan tangannya terdiam, ketika laki – laki bertubuh kekar yang tengah bersandar di tempatnya memberikan perintah. "Nanti kalau ketahuan polisi gimana bos?". Dia dengan senyum seringai menjawab. "Polisi - polisi itu bodoh! mereka gak akan dengan mudah nemuin kita."

Mendengar itu semuanya kembali tenang dengan sua riang. Mengatur secara rapih agar malam ini tetap menjadi malam bersenang senang bagi mereka. Dua orang dari kelima dari mereka, membopong wanita tanpa nyawa itu ke pojok gudang. Tepatnya di dekat rongsokkan. Dua orang lainnya yang masih setia menahan Fara, kini menghempas kasar tubuh wanita itu ke atas ranjang tanpa aba-aba.

Sementara Fara yang terbebas, dengan cepat mengubah posisinya bersimpuh. Menghadap ke arah laki - laki yang berdiri gagah di hadapannya. Lalu memohon agar dirinya dibebaskan. "Tolong lepasin saya. Berapa uang yang kalian mau? saya akan berikan." Mohon Fara pada mereka, karena mungkin saja dengan uang, ia dapat di bebaskan.

Namun ternyata ia salah.

Laki - laki yang berdiri tak jauh dari tempat Fara berada, dengan kaus setengah terbuka, dan rambut urak urakan. Ia memapah jarak dengan Fara. Menjambak surainya tanpa belas kasih. Fara bisa mencium bau apa yang melintasi indra penciumannya itu, bau narkoba dan alkohol murahan.

Srggg!

"Ahkkk" pekik Fara seketika. "Bukan itu yang kita butuhkan."
suara smirk, dengan sedikit desahan yang terasa di kembang telinga Fara. Cukup membuat wanita itu merinding. Hingga jambakan yang mulanya hanya meremak, kian menariknya hingga membuat wanita itu jatuh telentang di atas ranjang.

"Sikat ngga bos?"

Laki - laki yang di gandang gandangkan sebagai pemimpin itu, hanya mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban. Hal itu membuat Fara semakin menderu. Mencoba berulang kali menyelamatkan dirinya. Namun tetap saja, Sekuat apapun ia mengkerahkan tenaganya untuk membela diri. Mustahil bisa mengalahkan 4 orang laki-laki.

Malam itu menjadi malam kelam mulanya masalah mengakar menjadi jutaan penderitaan yang tak henti hentinya bertamu.

-Skizofrenia-

02 | SKIZOFRENIA - SPIN OFF LOSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang