"Si-bising rinai yang rapuh dikala badai"
-Yang selalu cantik, Fara Dahayu.-Skizofrenia-
Tanpa keduanya sadari, kini waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam. Namun entah mengapa rasa ingin mengelilingi kota Jakarta tak kunjung terbenam. Malam ini begitu bermakna, terlepas dari banyaknya masalah yang ada. Laki - laki itu hingga kini masih betah menciumi aroma bunga pada surai hitam yang bersandar di pundaknya sejak setengah jam yang lalu. Masih di tempat yang sama, menatap langit malam diantara tugu monas yang benderang.Sudah cukup lama Regan menutup percakapannya. Duduk dibawah rembulan tanpa bincang - bincang. Pikirannya terasa bergulat di dalam sana, hendak mengatakan suatu hal yang penting namun ragu untuk menyampaikannya. Sampai bibirnya tak lagi bisa menahan, dan berujung keluar dengan sendirinya.
"Far" panggil nama itu, meski ia tahu tidak akan ada jawaban yang keluar dari bibir manis yang baru tadi ia kecup itu.
"Hmm, pak kepala mau mindahin aku kebagian lapangan. Tawaran gajinya juga lumayan besar. Tapi ya gitu ..." gantungnya. Fara terperangah mengangkat kepalanya, menatap nanar wajah laki - laki itu dari sudut sebelah kiri. Regan merunduk sendu, mengembalikkan momen canggung yang sempat terjalin tadi.
"Aku akan di kirim ke Lampung untuk jangka waktu yang panjang". Hingga selajur ia menggeleng dan melambai kuat seolah berkata'tidak'. "Tapi gak akan aku ambil kok—" ia gantung kembali kalimatnya, lantas melanjutkan kalimatnya dengan lebih tenang. "Aku masih ragu. A-aku belum siap tinggalin kamu."
Bisa terlihat dengan jelas raut gelisah yang terlukis diwajahnya, pertanda bahwa dia tidak bohong akan perkataannya "Aku tau kita perlu uang itu. Untuk terapi psikologi kamu, kebutuhan hidup kita, uang berobat ibu." Rincinya secara jelas.
Bahkan hanya dengan perkataannya saja, Fara dapat merasakan situasi rumit yang tengah Regan rasakan saat ini. "Tapi kalau aku pergi, siapa yang bakal jagain kamu?" lanjutnya, lalu menatap balik mata Fara sendu.
Jauh dihatinya Regan merasa kecewa jika harus menolak tawaran tersebut, karena keuntungannya untuk kebutuhan keluarga ini sangat mencukupi sekali. Namun melihat di lain sisi ia tidak bisa berbuat banyak. Ia perlu mengutamakan kesehatan dan keselamatan Fara diatas yang lainnya. Sementara ada hal yang perlu ia garis bawahi soal penghambatnya, yaitu sumber penghasilannya tidak akan cukup untuk membiayai banyak hal. Bahkan setelah ia perhitungkan, untuk terapi psikologi Fara saja sudah menghabiskan 90% dari gaji yang ia dapat tiap bulannya. Bagaimana ia mampu membiayai yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
02 | SKIZOFRENIA - SPIN OFF LOSE [END]
Ficção Adolescente[SUDAH DITERBITKAN] 1990, akan selamanya abadi dalam relung hati dan pikiran Fara. Perihal hari dimana ia dilecehkan seperti binatang seksual, dan menjadi bahan gunjingan para tetangga dan ibu mertua. Sejak saat itu kehidupannya hancur dan berantaka...