-Skizofrenia-
Flashback On"Di dunia ini kita bebas marah, menangis dan mengeluh kepada siapapun. Tapi intinya, dengan siapa kamu berbicara, dan dengan alasan apa kamu percaya—"
"Karena untuk mengutarakan sesuatu, kita perlu memilah ruang dan tempat yang tepat."
"Tidak perlu jauh Abi. Seseorang yang mengatakan pada Fara tentang memilah ruang dan tempat yang tepat untuk mengeluh adalah Abi sendiri. Bagi Fara Abi adalah orang yang paling tepat untuk berkeluh kesah—"
"Ah— bisa saja kamu" Senyum merekah begitu indah terlihat. Fara menyandarkan kepalanya tepat pada bahu Abi yang masih kokoh menopang.
"Abi janji, ya, sama Fara. Abi harus temani Fara terus?"
"Abi tidak bisa janji Fara..."
"Loh? kenapa?"
"Suatu saat akan ada waktunya kamu yang meninggalkan Abi lebih dulu."
"Fara tidak seperti itu Abi... Fara akan tetap tinggal sama Abi sampai tua"
"Jangan begitu, ndok. Takdirmu di masa depan indah, akan ada laki-laki baik utusan Allah yang akan menggantikan Abi untuk menjaga kamu." Fara mengerucuti bibir, lalu membalas.
"Kalau itu sih Fara juga tahu, Bi. Maksud Fara bukan itu."
"Lalu apa maksud kamu?"
"Ya... maksud Fara Abi janji aja dulu sama Fara, kalau Abi akan tetap ada disaat Fara butuh Abi selalu, bahkan ketika Fara sudah memiliki suami ataupun anak"
Abi terkekeh. "Insyaallah jika Allah mengizinkan"
Flashback Off
Bug!bug!bug!
Fara terduduk di lantai dengan posisi kaki membentuk 'V'. Raut wajahnya gelisah, Air keringatnya jatuh berderai. Hantaman tiap pukulan ia bawa mendarat ke kepalanya sendiri.
"Fara! fara!" jarit ibu, datang dari arah dapur ketika suara bising itu terdengar. Ia lekas mengunci tubuh Fara dengan pelukan erat, dan memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Jangan nak, jangan sayang" larang ibu.
Demi apapun ia merasa sangat hancur menatap putri semata wayangnya ini rapuh seperti ini. Sedari tadi ia berusaha menahan sakit di dalam dirinya agar Fara tidak perlu ikut merasakan sakit yang sama soal kepergian Abi. Seolah bersikap tegar adalah hal yang mereka butuhkan saat ini. Namun ia salah, tembok kuat yang ia bangun beberapa jam lalu itu runtuh ketika dirinya akhirnya sadar, bahwa menjadi tegar di atas duka yang melara tidak berarti akan berakhir baik - baik saja.
Bug!bug!bug!
Beberapa kali usaha ibu kerahkan untuk melindungi sang putri, namun malah berakhir petaka terkena imbas pukulan melesat yang Fara layangkan dengan sengaja. Tapi baginya akan lebih baik seperti itu. Biarkan rasa sakit ini tetap bersama ibu. "Jangan nak, sabar sayang. Fara gak boleh nyakitin diri sendiri sayang, Fara gak boleh begitu nak"
KAMU SEDANG MEMBACA
02 | SKIZOFRENIA - SPIN OFF LOSE [END]
Teen Fiction[SUDAH DITERBITKAN] 1990, akan selamanya abadi dalam relung hati dan pikiran Fara. Perihal hari dimana ia dilecehkan seperti binatang seksual, dan menjadi bahan gunjingan para tetangga dan ibu mertua. Sejak saat itu kehidupannya hancur dan berantaka...