-Skizofrenia-
Tergesah gesah Regandra keluar dari ruangan pak kepala. Berlarian keluar kantor hendak mencari telepon umum yang berada tak jauh dan hanya perlu menyebrang. Tepat disamping toko klontong, telepon umum itu berada. Langkahnya berhenti disalah satu telepon umum menganggur yang tertutup atap biru. Ia keluarkan beberapa koin dari dalam saku, kemudian memasukkannya terburu buru.Selepas itu jemarinya bergerak menekan beberapa tombol angka, yang akan menyambungkannya pada telepon rumah. Jantungnya berdebar begitu hebat, sampai tidak ada kata yang bisa menjelaskan betapa bahagianya ia. Hingga beberapa kali percobaan, beberapa kali koin masuk dan tertelan—"Halo" sebuah suara perempuan terdengar dari balik telepon.
Regan bernapas lega mendengarnya dan lalu menjawab. "Halo sayang, aku ada kabar baik. Lusa aku akan ke-Lampung"
-Skizofrenia-
21 Februari 1991
Hari ini Regan diberi libur untuk mempersiapkan diri berangkat esok hari. Sementara Fara merubah kegiatan hari ini untuk berbelanja sedikit, sekiranya membeli barang - barang yang perlu suaminya bawa keluar kota.
"Sabun udah, shampo udah, odol juga udah" rincinya, sembari membaca kertas berisikan banyak tulisan yang Fara tulis untuk Regan beli.
Sementara wanita dengan ikat rambut setengah itu, sudah berada sepuluh langkah jauh di depan. Sembari asyik meratapi sekitar, yang ramai oleh para pembeli. Hingga akhirnya Regan sadar, pandangannya tak luput menatap punggung yang perlahan menjauh itu.
Selajur pikirannya kembali kacau memikirkan soal esok hari. Karena bagaimanapun juga, ia akan meninggalkan istrinya sendirian. Hal ini benar - benar mengganggu pikirannya. Meski lain sisi, dirinya merasa senang atas apa yang ia harapkan tercapai, namun hati tidak rela membiarkan sang pujaan hati tinggal sendirian dirumah tanpa dirinya.
Ia teringat hari itu, ketika dirinya membiarkan Fara pulang sendirian. Hal - hal yang tidak pernah terbayang dibenaknya, justru terjadi. Ia gundah, takut keputusannya salah. Tapi ini adalah kesempatan, ia tidak mau banyak hati yang kecewa. Maka ia buang seluruh pikiran negatif yang memenuhi seisi kepalanya, lalu pergi menyambangi sang istri yang sudah semakin jauh jaraknya. "Fara tunggu aku"
Fara menilik tubuh yang kini sudah berada tepat disisinya. Lalu mengukir senyum tipis tak menjawab. Hingga tanpa sadar langkah keduanya telah sampai dibagian kasir dan mengantri diantara banyaknya orang. Regandra lagi - lagi curi pandang dan menjadi gagal fokus ketika melihat sebuah tangan menganggur disisi kiri. Dengan cepat ia genggam erat tanpa membuat reaksi apapun dari sipemilik tangan.
"Nanti kita makan diluar, ya? aku mau habiskan waktu sama kamu" Fara hanya mengerjap, tidak ada kata - kata yang keluar dari bibirnya. Tapi akan Regan anggap itu adalah isyarat persetujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
02 | SKIZOFRENIA - SPIN OFF LOSE [END]
Teen Fiction[SUDAH DITERBITKAN] 1990, akan selamanya abadi dalam relung hati dan pikiran Fara. Perihal hari dimana ia dilecehkan seperti binatang seksual, dan menjadi bahan gunjingan para tetangga dan ibu mertua. Sejak saat itu kehidupannya hancur dan berantaka...