07 | Melankolia

48.5K 4.1K 67
                                    


-Skizofrenia-

Riuh malam berbisik merdu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Riuh malam berbisik merdu. Bintang - bintang benderang indah di angkasa luas. Regan terduduk manis pada kursi jenjang di taman rumah sakit, ditemani sang pujaan hati menyaksikan gemerlapnya langit. Entah mengapa hampa yang sempat terjalin kian hari kian membaik. Segala hal yang hilang terasa kembali pada tempat seharusnya berada.

"Selain suka hujan, apa kamu juga suka bintang?" Tanya Regan membuka percakapan setelah cukup lama keduanya berdiam diri. Fara berpaling menatap sang suami dari tepi. Mencoba menela'ah pertanyaan Regan padanya. Hingga lantas ia memanggut.

Regan hanya melihat anggukkan itu lewat ekor matanya."Kamu tau gak? Ada kata sajak yang pernah aku baca pada buku yang pernah aku dapatkan. Bahwa Langit malam tanpa rembulan dan bintang tidak lebih baik jika tidak bersama"Ia gantung kalimatnya sejenak.

"Aku sempat terpikir, bagaimana kalau aku adalah langit dan kamu adalah bintang dan rembulannya" Regan berpaling menatap balik sorot mata yang sejak tadi menatap padanya.

"Apakah kita akan sama lagi?" Lanjutnya. Menyamarkan suara riuh yang datang. Fara hanya terdiam, meski binar pada kedua mata Regan berharap Fara segera menjawab pertanyaannya tadi, menatap penuh harap tanpa berkedip sedikit pun.

Namun yang terjadi tidak sesuai dengan harapan. Penantiannya menjadi sia-sia ketika Fara hanya bergidik bahu sebagai jawabannya, tanda bahwa dia tidak tahu harus menjawab apa. Jauh di lubuk hatinya merasa kecewa, karena yang Regan lakukan juga termaksud bentuk dari usahanya.

Namun setelah itu pikirannya gunggah, berusaha membuang pikirannya yang pupus jauh-jauh, kemudian mengulas senyum dan lalu berkata.

"Kalau kata aku, mungkin kita gak akan sama lagi." Ia tampak menggantung kalimatnya sesaat. Lalu melanjutkan, "Karena jujur, aku gak bisa berhenti melupakan hari dimana akhirnya aku jatuh cinta sama kamu, bahkan di saat aku belum benar-benar kenal kamu."

Ia gapai sebuah telapak yang menumpu di atas kursi pada kayu jenjang yang di duduki keduanya. "Dan bagaimana aku bisa, hidup tanpa kamu di atas cinta yang masih begitu kuat?"katanya. Mengalihkan pandangannya kembali kearah langit.

"Kalau itu karena semesta, aku akan berteriak lantang mengomeli semesta untuk mengembalikan bintang dan rembulan ku yang telah di rebut."

Regan bangkit dari duduknya, berteriak ke arah langit. "SEMESTA! AKU MENGINGINKAN FARA KU, BAHKAN KETIKA KITA SUDAH TIDAK ADA LAGI DI DUNIA! JADI JANGAN BERANI MEREBUTNYA DARI KU! CAMKAN ITU!" Ia berbalik menatap wajah dengan senyum paling indah terlukis.

Regan mengadahkan tangan kanannya, "kamu mau kan, melawan semesta bersamaku?" Memang hanya Regan-lah yang paham, bagaimana menghibur Fara dan memberikannya banyak kekuatan untuk melupakan bagaimana sakitnya hari kemarin.

Wanita itu tersenyum dan memanggut, lalu menempatkan telapak kiri pada tangan yang sejak tadi mengadah padanya. Dan dengan cepat tangan besar nan kuat itu meremat lembut tangan Fara, lalu membawanya agar bangkit dari duduk. Ia arahkan tubuh itu agar ikut bersamanya, berdansa di atas re-rumputan dengan iringan lagu retro yang dimainkan oleh beberapa kelompok musik yang sengaja Rumah Sakit ini siapkan di tiap malam minggu, untuk menghibur para pasien disana.

02 | SKIZOFRENIA - SPIN OFF LOSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang