[SUDAH DITERBITKAN]
1990, akan selamanya abadi dalam relung hati dan pikiran Fara. Perihal hari dimana ia dilecehkan seperti binatang seksual, dan menjadi bahan gunjingan para tetangga dan ibu mertua. Sejak saat itu kehidupannya hancur dan berantaka...
Jangan lupa untuk spam komen karena aku suka hehe -Skizofrenia-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit malam kembali menerpa. Fara tidur cukup lama tak seperti biasanya. Setelah bangun sang suami menyuguhkan sepiring nasi dengan lauk pauk dan ditemani jus alpukat kesukaan Fara. Laki-laki itu pergi duduk di tepi kasur. Duduk berhadapan dengan Fara.
"Makan dulu ya? biar kamu ada tenaga" titahnya, tersenyum tipis. Berusaha menyembunyikan kedua matanya yang tampak bengkak dan tak mau hilang sejak kemarin.
Namun, bukannya mendapat sambutan baik. Ketika melihat Regandra, Fara justru memberikan tatapan sinis. Tatapannya begitu tegas, bahkan senyuman tak terlukis sedikit pun di wajahnya, seolah menatap dongkol pada Regan tanpa alasan."Fara?". Laki –laki itu heran, apa yang salah darinya sehingga mendapat tatapan tidak mengenakan seperti itu.
Namun berbeda dengan Fara. Laki-laki yang hangat di panggil Mas Agung oleh Fara itu justru menatap sebaliknya. Ia tersenyum lebar dengan tatapan dalam tetap ia tunjukkan pada istrinya.
Prang !
Tangan Fara menghempas piring dari genggaman Regan dengan bebasnya. Menjatuhkan piring itu ke lantai. Makanan berhamburan, retakkan piring berserakan dimana mana."Fara! apa yang salah sama kamu?!" Suara Regan sedikit lantang. Menegaskan betapa herannya ia kepada istrinya itu.
Ia berniat baik, benar - benar tidak berniat meracuni atau bahkan menyakiti Fara. Tapi entah apa yang salah pada Fara, sehingga bersikap keterlaluan seperti ini. Regan pun bangkit dan bergegas memunguti kembali kekacauan yang di perbuat oleh istrinya. Sementara Fara pun ikut bangkit, mengambil pecahan piring berukuran telapak tangannya dan di genggamnya kuat-kuat. Bukan untuk membantu Regan membereskan kekacauan, namun untuk ia gunakan sebagai alat merobek kulitnya.
Regan yang menyadari, lalu berdiri tegak menghadap Fara dengan rasa khawatir mendominasi. "Fara! Kamu mau ngapain?!"
Bagian paling runcing pada pecahan piring yang di genggam oleh Fara, perlahan mendekati pergelangan, tepatnya pada nadi. Wanita itu hendak menusuk nadinyanya sendiri. Namun dengan cepat di gagal kan oleh Regan. Tangkasnya ia menyambangi dan menggapai kedua lengan Fara lalu mengunci tubuhnya cukup erat.
"Fara kamu udah gila!". Fara terisak, lalu mendesak suaminya untuk segera melepaskannya."Lepas! lepasin aku!" ia memberontak cukup hebat. Melojak lojak kuat berharap dapat di lepaskan.
"Fara! gak gini caranya!" Tekan Regan, berusaha keras menahan rontaan Fara padanya."Aku udah gak pantes hidup!" Katanya. Tersedu sedan ia melawan dan berhasil melepaskan tautan lengan Regan dari tubuhnya.
Keduanya saling berhadapan satu sama lain. Fara dengan tangisnya, sementara Regan tetap pada pendiriannya. "Kamu kenapa?! kenapa harus kaya gini?! semuanya bisa kita bicarain baik - baik, kita selesaikan sama - sama" ujar Regan dengan cepat mendapat tungkasan.