-Skizofrenia-
Selepas wanita itu pergi dari ambang mata dan membawa segenap amarahnya. Regandra tak tinggal diam, ia lantas mengejarnya."Fara dengerin aku dulu" tangannya tangkas menangkap, lalu menariknya sedikit kasar. Tubuh Fara yang tertarik pun secara tidak sengaja membalik, membawa tatapan saling berhadap.
"Aku ngelakuin ini buat kamu." Sontak sepasang mata mendelik mendengarnya. "Aku cuman pengen ngelakuin satu hal yang sekiranya gak bikin kamu menderita Fara," lanjut laki - laki itu.
"Semisal ini salah bagi kamu. Tolong beri tahu aku, dibagian mana aku harus sadar kalau keputusan aku ini salah?! dibagian mana?!" Fara menungkas kemudian. "Semua hal! semua yang kamu katakan!" tegasnya. Melepas genggaman Regandra dari pergalangannya, kemudian mengatakan.
"Jangan bawa penderitaan aku sebagai dalih. Ini soal kamu yang gak percaya diri dan lupa untuk menggaris bawahi, bahwa keluarga ini butuh bertahan hidup." Jari telunjuknya mengacung, menusuk dada bidang itu sembari meluapkan amarah.
"Aku emang sakit, tapi sudah cukup tetang aku. Kamu harus pikirin Ibu. Jangan buang - buang waktu kamu untuk melakukan hal yang bukan bagian dari pekerjaan kamu." Sejenak ia diam, lalu kembali melanjutkan.
"Sekarang lakukanlah yang terbaik buat ibu, dia perlu sembuh untuk tahu seberapa berharganya dia bagi kamu. Jangan sampai menyesal seperti aku." Kalimat terakhir menggambarkan jawaban logis, mengapa Regan perlu menerima tawaran itu. Agar ia paham bahwa hidup ini bukan hanya tentang menjadi baik dimata istri, tapi juga baik dimata sang ibunda.
Selepas riuh tegang akibat perbedaan pendapat, membawa Regan berakhir kalah dalam ber-argumen. Laki - laki itu merenungi tiap kata yang Fara sampaikan, gentas membuat Fara perlu menenangkan hatinya yang sangat marah. Mungkin jika ia tidak bisa mengontrol emosi, rumah ini telah hancur dia buat. Karena setiap kali ia merasa tertekan, atau berada di situasi yang salah. Ia merasa perlu marah terhadap siapa saja, bahkan pada benda yang tidak bersuara.
Dan karena itulah, ia lebih memilih memisahkan diri untuk menenangkan jiwanya yang terlajur mendidih itu. Kini hanya tinggal Regandra sendiri di sana. Menatap sembarang dengan bayangan kepala penuh rasa bersalah. Lagi - lagi merasa bahwa dirinya teramat bebal dalam mempertimbangkan sebuah jawaban. Pasalnya, ia tidak bisa berpikir kritis seperti Fara soal ibunya yang perlu ia pertahankan juga kehidupannya.
Tidak hanya itu, ia juga mengherankan. Bagaimana seseorang yang sakit secara jiwa dan pikiran masih bisa berpikir se-masuk akal ini. Bukan maksud menghina, hanya saja Regandra merasa dirinya tidak berguna selayaknya orang dengan pikiran bersih dan masih berfungsi dengan baik.
Ini perihal Regandra yang belum bisa memahami, seberapa besar penyesalan Fara selepas Abi pergi. Ia menyesali waktu yang terlewat, tanpa mengetahui lebih awal kondisi Abi semasa hidup. Bagaimana Abi berusaha menjadi sehat dan bahagia dihadapan Fara, meski dibalik itu ia mati matian menahan sakitnya dan bagaimana Abi menyia-nyiakan sisa umurnya dalam ruang penderitaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
02 | SKIZOFRENIA - SPIN OFF LOSE [END]
Teen Fiction[SUDAH DITERBITKAN] 1990, akan selamanya abadi dalam relung hati dan pikiran Fara. Perihal hari dimana ia dilecehkan seperti binatang seksual, dan menjadi bahan gunjingan para tetangga dan ibu mertua. Sejak saat itu kehidupannya hancur dan berantaka...