"Selama ini, semua tentangmu itu, bukan sekadar ilusiku, 'kan? Mengapa aku seperti baru terbangun, dan langsung bertengkar dengan kenyataan?"
****
"Emangnya, kalian berdua ini pacaran?"
"Enggak, Kak," jawab Kevin, ia tersenyum kecil. "Ale ini sahabat gue sedari kecil," jelasnya.
"Oh, cuma sahabat?" Ia memandang Alea, yang juga sedang memandangnya. "Iya, sih, tugas sahabatkan ngejagain sahabatnya," katanya kepada teman di sebelah, mereka tertawa kemudian.
Sementara itu, Alea tidak bisa berkata-kata, karena memang begitu kenyataannya.
"Kami lanjut cek yang lain dulu, ya, Kev," pamitnya kepada Kevin. Sebelum pergi, mereka memandang sinis ke arah Alea. Namun, gadis itu hanya menatap datar.
Alea memberikan handuk kecil kepada Kevin, yang diterima dengan senang hati olehnya. "Udah selesai?" tanyanya ketika melihat Daniel yang sudah membersihkan diri dekat air keran di halaman.
Kevin mengangguk. "Kan enak, kalau ada lu, Le," ungkapnya sambil tertawa kecil. "Gue beruntung banget punya sahabat kayak lu. Terus begini, ya?"
"Terus begini apanya?" Alea mengernyit, ia memandang heran. Walau muncul sedikit perasaan tak terima.
Tiba-tiba, mereka didatangi oleh seorang anak laki-laki yang langsung duduk di hadapan Echa. "Kakak-kakak dan Abang-abang ini, mahasiswa KKN?" tanyanya dengan nada yang akrab. Terlihat bila anak ini mudah bergaul.
Sebelum Echa menjawab, Daniel sudah terlebih dahulu berdiri di samping anak itu. Ia bahkan berjongkok, dan mengambil sebelah tangan anak itu. "Telapak tangan lu, kena kaca, Dik?"
Echa segera mendekat untuk melihatnya. Terlihat darah mengalir dari telapak tangan anak itu, yang tergores. Ia bisa melihat pecahan kaca berukuran kecil tersisa di sana. Dengan cepat, Echa dan Daniel mempersiapkan pengobatan untuknya. Alea dan Kevin turut mendekat.
"Iya, nih, Bang," ungkap anak itu. Ia tertawa kecil kemudian. "Gak apa-apa, kok."
Alea memandangnya. Ia bisa melihat tawa palsu itu, apalagi air matanya sedikit berlinang ketika mengatakan 'tidak apa-apa'.
"Nama kakak, Echa, ini Bang Daniel, kami bantu obatin, ya?"
"Silakan, Kak, Bang, kalau gak ngerepotin. He-he." Ia membiarkan tangannya diobati.
Terlihat Daniel membuka sebotol air mineral berukuran besar, lalu membersihkan luka anak tersebut. Selanjutnya, Echa mengambil beberapa pecahan kaca dengan pinset, ia melakukannya dengan teliti. Setelah selesai, selagi ia menyiapkan perban, Daniel mengoleskan povidone iodine sebagai antiseptik.
Agar tak terkontaminasi dengan lingkungan, karena anak itu sedang berada di luar rumah, mereka memerban lukanya.
Alea duduk di hadapannya. Ia melihat senyuman tulus anak itu ketika berterima kasih kepada Daniel dan Echa. "Lain kali hati-hati, ya, Dik," nasihat Alea sambil tersenyum ramah. "Adik kelas berapa?"
"Kelas sepuluh, Kak," jawabnya sedikit terburu-buru. Alea bisa merasakan perubahan suasana ketidaksenangan anak ini dengan hal sekolah yang disinggungnya.
"Wah, seru, ya!" seru Alea antusias. "Kakak jadi ingat masa-masa sekolah kakak dulu. Pokoknya yang paling seru itu sewaktu kelas sepuluh!"
"Seru apanya, Kak?!" Nampak ekspresi tak terima dari anak itu, bahkan, nada suaranya meninggi. "Gue jadi benci hidup," ungkapnya tak sengaja.
Mereka pun terkejut mendengar pernyataannya, kecuali Alea. Gadis itu tersenyum kecil, ia menatap teduh anak itu, memberikan keyakinan. "Adik mau cerita? Kakak-kakak dan abang-abang di sini berpengalaman, insyaallah bisa membuat Adik sedikit lebih baik," ucapnya lembut. "Kami hanya ingin membantu Adik," tambahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABEGI & SAYYA
Romance[Sebelum baca, follow Setiga dulu sabi kali, ya.😎] Sequel dari BABEGI. International School of Talents (IST) menjadi saksi kisah komedi-romantis terseru dengan sentuhan islami.🔥 Kini, kisah mereka berlanjut di bangku perkuliahan! BABEGI & SAYYA "K...