"Akhirnya, hari baik itu datang juga. Hari yang sudah kutunggu sedari masa sekolah dahulu. Aku tak menyangka, salah satu harapan terbesarku, direstui oleh Allah."
****
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Reline binti Azrial dengan maskawin seperangkat alat salat dan uang sebesar delapan puluh ribu Euro dibayar tunai." Gevan mengucapkannya dengan tenang dan lancar, meski tangannya yang menggenggam tangan wali hakim menggigil.
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"Sah!" Phi dan Kusuma berseru semangat sambil mengangguk. Sedangkan Sanjana menenangkan Azio yang menangis haru. Begitu juga dengan Evan. Meski mulanya ia kesal karena Gevan mendahuluinya menikah, tetapi tak dapat dimungkiri jika ia turut bahagia sekali melihat adiknya itu menikah.
"Alhamdulillah ...."
Walau berdiri di ambang pintu mesjid, Egi ikut hanyut dalam suasana yang penuh haru tersebut. Ia mengangkat tangan, menyimak doa bersama.
"Gi," panggil Echa yang tiba-tiba berdiri di sampingnya, membuat ia sedikit terkejut. "Lu kayak mau minta sumbangan aja."
Egi mengerucutkan bibir, lalu merengek, "Mama gak ngebolehin gue lihat akad, gara-gara mau nikah, tapi gak jadi karena lu tolak."
Echa tertawa. "Ya, udah, masuk aja. Nanti gue bilangin ke mama." Ia memandang ke dalam sebentar. "Lagian, Gevan mau semua sahabatnya ada di sampingnya."
"Nanti belain gue di depan mama, ya," ungkapnya senang.
Mereka pun berjalan bersama, berdiri di belakang beberapa orang yang berkumpul.
"Kok baju kita, kayak baju pasangan? Teman-teman yang lain potongannya pada sama?"
Echa terlihat heran. Meski baju mereka sama-sama bernuansa merah jambu dan putih, tetapi model jahitan bajunya dan Egi berbeda. Mereka asing berdua.
"Gak tahu, Cha, entah siapa yang nyiapin," elak Egi sambil menyengir. Ia berusaha kabur dari tatapan mata Echa yang curiga.
"Gue lagi nanya langsung alasannya ke orang yang ngurus pakaian ini," kata Echa datar. "Jangan dikira gue gak tahu kalau ini kerjaan lu."
Egi tertawa kecil. "Ya, enggak ada, Cha. Ntar pas kita akad, bisa sekalian pakai ini. Hemat," candanya.
"Oke, tapi gue mau mahar dibayar pakai Pound Sterling." Ia mendekat, berbisik di telinga Egi. "Delapan ratus ribu Pound Sterling," ucapnya penuh penekanan.
"Ntar pakaian pas kita akad, didesain sama desainer dengan model yang lu mau, Cha," kata Egi cepat. "Gue serahin semuanya sama lu. Gak bakal kita pakai baju ini. Tadi itu gue becanda aja, sumpah."
"Gue juga becanda." Echa tertawa, melihat wajah Egi yang cemas. "Masalah mahar jangan lu pikirin. Gue banting harga, kok," ujarnya santai sambil mengedipkan sebelah mata.
"Astaghfirulloh, Cha. Insyaallah gue mampu ...," ungkapnya. "Lu ngomongnya sembarangan."
Echa berusaha menahan tawa. "Udah, malah ngomongin ini. Belum tentu juga kita bakal jodoh. Siapa tahu ntar gue sama dokter senior ...." Ia mengulum bibir karena mendapat tatapan tidak bersahabat dari Egi. "Maaf, becanda."
Atensi mereka pun beralih ketika mendengar suara sorakan dari orang-orang. Ternyata, orang-orang tersebut sedang menggoda Gevan yang menangis menunggu langkah Reline, yang hampir sampai di hadapannya.
"Hm, romantis banget," ungkap Amanda. Ia beralih memandang Yoan yang duduk tak jauh darinya. Ternyata, pria itu sedang tersenyum ke arahnya. Ia pun segera mengalihkan pandangan ke arah kedua pengantin tersebut. "Mana masih SMA," gerutunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABEGI & SAYYA
Romance[Sebelum baca, follow Setiga dulu sabi kali, ya.😎] Sequel dari BABEGI. International School of Talents (IST) menjadi saksi kisah komedi-romantis terseru dengan sentuhan islami.🔥 Kini, kisah mereka berlanjut di bangku perkuliahan! BABEGI & SAYYA "K...