10. Kak Am

61 30 10
                                    

"Seberbeda apa pun kita ... kalau hanya kamu yang bisa membuat jantungku berdebar nyaman, membahagiakan, dan membuatku merasa paling dicintai, aku bisa apa?"

***

Amanda berdiri di depan kampus, bersama teman-teman kuliahnya. Ia sendiri kuliah di Universitas Negeri Jakarta atau UNJ, jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Semenjak pulang dari pengabdian sewaktu IST dulu, ia semakin mantap memilih jurusan ini. Walaupun jurusan ini berbeda jauh dari kepribadiannya dulu.

Di jurusan ini, salam, sapa, senyum, sopan, dan santun, sangat diterapkan. Apalagi mereka dididik memiliki akhlak terpuji, sederhana, dan bersahaja. Bahkan kuliah sehari-hari pun, mereka mempunyai aturan seragam yang sopan dan tertutup. Amanda juga lebih sering memakai jilbab sekarang. Perubahan gadis itu sangat baik.

Kampusnya merupakan kampus E UNJ dengan gedung tiga tingkat di Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan. Memang bukan di gedung utama universitas. Walau begitu, di kampus ini pembangunannya tetap tak ketinggalan. Ada aula di lantai tiga—tempat seminar, pelatihan, atau rapat biasa dilaksanakan. Ada juga Musala Al-Fatah, bahkan ada SD Laboratorium PGSD UNJ.

Ketika sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya, seorang pria berseragam SMA berjalan menghampiri mereka. Sontak teman-teman Amanda menganga kaget. Walau jauh lebih muda, tapi pria ini tampan dan terlihat cukup dewasa. 

"Assalamu'alaikum, Kakak-kakak," sapanya ramah.

Mereka bersorak heboh, kecuali Amanda. "Wa'alaikumussalam, Adik."

Salah seorang di antara mereka menyeletuk, "Eh, kok kayak familier, ya." Ia tampak berpikir, diikuti yang lain.

"Gue kenal," kata Amanda cuek. "Kalian pulang aja dulu."

"Wah, Adik lu?"

Amanda hendak mengangguk, tapi pria itu lebih dulu mengatakan 'bukan', membuat teman-temannya lebih semangat untuk menggoda.

"Wah, Adik siswa IST?" tanyanya ketika melihat lambang IST di seragam pria itu, yang hanya dijawab dengan anggukan. "Padahal, di dekat sini ada SMAN 3 Teladan." Ia pun beralih memandang Amanda. "Kenapa gak yang dekat aja?"

Amanda tidak tahan. Jika terus dibiarkan, teman-temannya ini akan menggodanya habis-habisan."Kalian semua pulang sana!" usirnya sambil mendorong tubuh mereka, membuat mereka tertawa.

"Iya, iya, jangan salah tingah gitu!" Mereka pun memandang sekali lagi ke arah pria itu. "Adik hati-hati, ya, sama Tante Amanda!" Mereka lalu bergegas kabur setelah mengatakan itu.

Amanda memandang kesal ke arah punggung teman-temannya yang menjauh. Mereka memang iseng sekali, seperti anak SD, padahal akan menjadi gurunya. 

"Kak," panggilnya serius. "Apa gue buat lu malu?"

"Enggak!" seru Amanda cepat sambil memandang pria di hadapannya. "Yoan, mereka cuma becanda doang."

Ya, pria itu adalah Yoan. Sebenarnya, walau umurnya lebih muda, tapi postur bahkan tinggi badannya melebihi Amanda.

"Ya, harusnya emang jangan malu, sih. Kan kita gak ada apa-apa," ungkap Yoan cuek. "Gue ke sini mau ajak Kak Am pergi kerja bareng."

Amanda terdiam sebentar menatapnya, lalu tertawa kecil sambil mengangguk. "Kok lu bisa ke sini?"

"Naik trans, turun di Halte Dukuh Atas I, ke arah kiri, jalan sepuluh menit," jawabnya datar. "Gak boleh, Kak?"

"Boleh." Amanda tersenyum. "Yuk, pergi kerja!" serunya semangat.

*****


Saat ini, Amanda dan Yoan duduk di depan meja rias. Mereka sedang dirias oleh make up artist yang sudah profesional di bidangnya. Deretan lampu membingkai cermin, menyorot wajah mereka dengan jelas. 

BABEGI & SAYYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang