"Belum pernah terbayangkan akan sampai di titik ini. Apalagi dengan kamu di hidupku."
***"Gue udah keluar, nih, Gi."
Echa mengangkat sedikit rok batik yang dikenakannya, karena tidak nyaman berjalan dengan rok sempit, ditambah sepatu bertumit tinggi yang dikenakannya.
Maaf, Cha, gue gak bisa datang di hari wisuda lu. Berkas wisuda gue bermasalah.
Terdengar nada sedih dengan raut wajah penuh penyesalan di layar ponsel yang sedang dipegang Echa.
Gue bego banget salah input data.
"Lah, kan lu emang cowok bego," ucap Echa sambil tertawa.
Egi turut tertawa mendengarnya.
Iya, cewek gila! Aduh, gak nyangka, ya, kita udah di titik ini sekarang.
Sebelum mereka masuk ke dalam suasana yang penuh drama, terdengar suara orang-orang memanggil Egi. Ya, pria itu sedang di kampus untuk menyelesaikan masalah yang ia buat sendiri.
Gue lanjut dulu, ya, Cha. Tolong sampaiin salam ke yang lain. Sekali lagi, selamat udah berhasil melewati tahap pertama ini. Lu hebat!
Tiba-tiba, Echa terkejut karena teman-temannya serentak memanggil. Ia langsung menutup telepon tersebut, dan benar saja, orang-orang terdekatnya sudah berkumpul membentuk kelompok besar di antara kelompok-kelompok yang juga dibentuk orang lain. Suasana sangat ramai.
Tadi mereka memang berjanji akan berkumpul di lapangan Rotunda ini, yang letaknya di tengah-tengah UI, depan rektorat.
"Wah!" Echa mengangkat alis sambil menutup mulut tak percaya. "Reline hamil?" tanyanya senang.
Ia bertanya karena Reline dan Gevan mengenakan selempang dengan tulisan 'Mama Muda, SE' dan 'Papa Muda, SE', membuatnya langsung berasumsi seperti itu.
"Doain aja, Cha, meski kata mereka belum," ungkap Phi senang. "Kami para orang tua ngasih hadiah selempang khusus."
"Karena udah wisuda, jadi bisa digas, jangan rem-rem lagi, ya, Gev," ujar Azio sambil merangkul Gevan.
Reline menutup wajah karena malu. Sedangkan para ibu-ibu sudah heboh—turut menggoda dengan semangat. Berbeda dengan Alea yang menggerutu, "Mentang-mentang ada yang udah nikah, pembicaraan semuanya pada vulgar."
Kevin yang berdiri di sebelahnya, bisa mendengar itu. Sebelah sudut bibirnya terangkat. Ia berbisik di telinga Alea. "Gevan udah nikah. Egi sebentar lagi. Kita kapan?"
"Nunggu lu jadi presiden!" seru Alea kesal. "Lu pikir nikah kompetisi?"
"Enggak gitu, Le ...." Kevin memelas. "Seenggaknya umur anak-anak kita nanti gak beda jauh. Jadi, mereka bisa sahabatan juga."
Kevin terdiam, dan tidak ingin lagi melanjutkan obrolan tentang hal itu karena tatapan tajam dari Alea. Ia tertawa, lalu berusaha mengalihkan pembicaraan.
Sementara itu, Reline masih berjuang menahan perasaannya. Meski ia liar, tetapi jika di depan para orang tua seperti ini, tentu saja ia malu. Ia berharap suaminya bisa diajak bekerja sama. Namun, sepertinya tidak.
Gevan tertawa. Ia berkata, "Aman, Pak Azio!" serunya semangat sambil mengangkat jempol.
Responsnya membuat para orang tua bertepuk tangan. Mereka senang sekali. Sepertinya mereka terlihat lebih tidak sabar dan berantusias. Reline mengurut kening, ia menahan hasrat untuk tidak menenggelamkan suaminya ke danau.
"Kenapa, Re? Sakit?" tanya Gevan khawatir melihat Reline yang mengurut kening di sebelahnya.
Reline tersenyum paksa ke arah Gevan. "Awas, ya, lu nanti," ancamnya dengan suara pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABEGI & SAYYA
Storie d'amore[Sebelum baca, follow Setiga dulu sabi kali, ya.😎] Sequel dari BABEGI. International School of Talents (IST) menjadi saksi kisah komedi-romantis terseru dengan sentuhan islami.🔥 Kini, kisah mereka berlanjut di bangku perkuliahan! BABEGI & SAYYA "K...