"Jangan hanya terfokus pada kesalahan. Pertimbangkanlah banyak kebaikan, agar kamu bisa memutuskan."
****
Egi duduk di dalam mobil sambil memukul setir. Ia beberapa kali membenturkan kepala ke setir, lalu mengusap wajah dengan kasar. Mendengar semua cerita dari Daniel, tentang apa yang sudah dialami oleh Echa tadi, semakin memperburuk perasaannya.
Ia mengambil jaket Echa yang terletak di atas kursi, di sebelahnya. Tadi Audi mengajaknya bertemu di luar untuk mengembalikan jaket ini. Jaket yang Egi sendiri pun tidak meminjamkannya. Waktu itu, menjelang balik ke Indonesia, Audi ke flatnya untuk memasak sendiri, dan lupa mengenakan jaket, sedangkan ia dan Pandu telanjur pergi jogging. Ia menyarankan gadis itu untuk memakai jaket miliknya, bebas memilih kecuali jaket ini, tetapi gadis itu justru memakai dan membawa jaket yang dilarangnya. Ketika Egi meminta, ia selau beralasan, dan terakhir kali alasannya tertinggal di London.
Masalah perlakuannya kepada gadis itu, karena kakinya sedang terkilir. Lagian, ia sudah mulai menjaga sikap, apalagi setelah dikerjai teman-temannya. Ia juga diberi banyak nasihat. Namun, memang benar apa yang dibilang Daniel, situasi Echa sudah buruk sebelumnya, sehingga mudah salah paham seperti ini. Meski wajar untuk gadis itu merasa kesal karena sikapnya kepada Audi.
****
Reline berbaring di atas sofa. Ia tampak berpikir. "Alea murung, dan jarang keluar kamar. Sedangkan Echa belum bangun, padahal udah pukul segini." Ia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul lima sore.
Awalnya ia senang, karena Alea dan Echa tinggal di flat saat libur seperti ini. Hanya saja, kedua temannya itu sangat aneh, membuatnya khawatir. Ia bahkan menyuruh Gevan pergi sendirian ke kampus untuk mengurus proyek sebelumnya, tetapi pria itu selalu menghujaninya dengan pesan teks. Hanya karena banyak gadis yang mengganggu.
Reline mendengus kesal ketika video call masuk dari Gevan. Ia mengangkatnya. Namun, menutup kamera.
Tuh, lihat, gue udah punya calon istri!
Reline mengernyit melihat kamera diarahkan ke beberapa gadis asing yang tertawa. Mungkin karena layar ponsel Gevan tak menampilkan gambar apa pun.
Re ... tunjukin wajah lu. Marahin mereka!
"Gev! Gini doang lu gak bisa atasin? Sesekali aja gue lepas lu begini, malah masih ngerepotin gue!" serunya kesal. Pasalnya, perasaannya sedang tak enak sekarang, dan ia benar-benar khawatir dengan Alea dan Echa. "Kenapa? Si siapa itu namanya, nyebarin lu anak pemilik Z Star, jadi gadis-gadis deketin lu sekarang? Gak peduli gue! Terserah lu!"
Ia kemudian mematikan panggilan tersebut. Reline mengatur napas, setelah itu, ia baru merasa bersalah kepada Gevan. Ia juga sedang masa period, sehingga semakin sulit mengendalikan emosi.
Ia kembali menelepon Gevan, yang langung dijawab pria itu.
Assalamu'alaikum, Re. Lu gak apa-apa, 'kan?
Reline terdiam sebentar, ah, pria ini benar-benar .... "Wa'alaikumussalam, Gev. Maaf, ya, emosi gue buruk. Lu pulang sekarang, ada yang mau gue bilang."
Apaan? Lu gak bakal minta gue untuk pergi, 'kan? Ninggalin gue? Ya, ampun, Re. Gue janji bisa mengatasi mereka. Lu jangan berpikir terlalu jauh.
Terdengar suara cemas dari seberang, ia tersenyum. Mengapa pria itu terlalu berpikir ekstrem?
"Eh, bego, kan gue udah pernah bilang ... sampai kapan pun gue gak bakal ngelepasin lu. Kalau perlu, gue nikahin lu besok," candanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABEGI & SAYYA
Romance[Sebelum baca, follow Setiga dulu sabi kali, ya.😎] Sequel dari BABEGI. International School of Talents (IST) menjadi saksi kisah komedi-romantis terseru dengan sentuhan islami.🔥 Kini, kisah mereka berlanjut di bangku perkuliahan! BABEGI & SAYYA "K...