chapter 7

7.6K 690 128
                                    


Jay tak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Namun seiring berjalannya waktu, pria berkepala tiga itu semakin dibuat uring-uringan tak menentu.

Bagaimana tidak?

Sejak kemunculan sosok dari bayang bayang masa lalunya yang sangat ia sesali itu berhasil membuat hati, pikiran dan perasaannya seolah tak dapat ia kendalikan. Sejujurnya ia merasa bahagia ketika dapat melihat kembali si manis yang bahkan tanpa perlu diminta selalu datang menghampirinya.

Namun tak dapat Jay pungkiri jika sedikitnya ia merasa heran. Mengapa pemuda manis itu kembali datang padanya? Apa dia sama sekali tak merasa terluka atau bahkan menyesal setelah mengenal bajingan seperti dirinya yang juga telah menghancurkan masa depannya?

Sungguh, Jay tak berani jika harus bertanya ataupun menyinggung perihal ini pada si manis.

Namun ada satu hal lain lagi yang ingin ia pertanyakan. Apakah pemuda manis itu benar benar telah menggugurkan janin dalam kandungannya dua tahun yang lalu? Jika itu benar, maka Jay merasa sangat berdosa karena secara tak sengaja ia juga telah membunuh darah dagingnya sendiri.

Jay tahu, ia tak seharusnya meminta pemuda itu untuk melenyapkan calon bayi mereka. Ia seharusnya dapat bertanggung jawab atas apa yang dirinya perbuat.

Tapi disisi lain, hubungan keduanya terjalin begitu saja dibelakang Naeun. Saat itu, ia tak mempunyai jalan keluar lain dari permasalahannya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah Naeun dan keluarganya. Bagaimana seandainya jika bayi itu masih hidup? Jay tak tahu lagi harus menghadapi kerumitan dalam hidupnya seperti apa.

Ia hilang arah.

Hal yang paling ia sesalkan adalah awal pertemuannya dengan Jungwon hingga mengajaknya untuk ikut terjerumus ke dalam hubungan terlarang tanpa ikatan status.

Tapi dibalik semua penyesalannya itu, hanya ada satu alasan yang tak mungkin ikut ia sesali.

Mencintai pemuda manis itu. Jay sangat tulus mencintainya. Bahkan hingga saat ini, ia rasa ia dapat mengklaim jika perasaannya selalu sama seperti saat pertama kalinya. Tak ada yang berubah sedikitpun tidak. Dan bodohnya, ia baru menyadarinya hari ini.

"Arrggh.. Sial!". Erangnya.

Lantas iapun menghempaskan punggungnya pada kursi kerjanya dengan kasar. Sedari tadi ia sudah berusaha mengalihkan fokusnya dengan menyibukkan dirinya sembari menatap laptopnya yang menampilkan deretan grafik.

Jay melirik jam dinding diruang kerjanya yang baru saja menunjukkan tepat pukul tujuh. Dengan bergegas iapun beranjak dari duduknya, tak lupa ia juga mengambil kunci mobil serta ponselnya yang ia letakan tepat diatas meja sebelum keluar dari ruangannya.

"Sajangnim? Kau mau pergi kemanaYAK!! SAJANGNIM!?". Pekik Yeri begitu menangkap sosok atasannya yang berlalu begitu saja.

"Haish.. Mau kemana sih, dia itu? Kelihatannya buru-buru sekali".

















**






Jungwon baru saja tiba di lobi kantornya. Seperti biasa, ia selalu membawa cermin kecil didalam tasnya lantas membenahi tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Ahh.. Kenapa aku cantik sekali sih heran". Pujinya seraya terkikik kecil.

Drrt.. Drrt

Ponsel miliknya pun bergetar. Jungwon lantas merogoh benda persegi itu dari dalam tasnya.

Kekasih gelap.

lacuna | jaywon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang