"Taeyoung-ah..".
Si pemilik namapun sontak mendongak. Ia menatap sosok sang Ibu yang juga tengah menatapnya. Sontak saja pemuda itupun menghentikan acara makannya.
"Aku baru saja menerima telepon dari Mr. Son, dia bilang jika akhir akhir ini kau kehilangan konsentrasi belajarmu saat didalam kelas. Dan untuk nilai ulangan harian bahasa Inggris-mu kemarin, kau dapat nilai terendah. Ada apa, Tae? Apa yang mengganggu pikiranmu?". Ucap Naeun sembari menatap lekat kedua manik arang itu ketika sedang bicara dengan serius.
Taeyoung hanya membungkam. Ia menunduk tak berani menatap sosok wanita dihadapannya. Bisa dibilang jika Naeun adalah orang yang sangat mencintai nilai kesempurnaan. Ia paling teliti jika itu menyangkut hal yang penting. Terlebih ini adalah soal pendidikan putranya, Taeyoung. Dan ia yang sangat memperhatikan setiap apa apa saja yang berkaitan tentang putranya. Naeun punya alasan tersendiri mengapa bersikap seperti itu. Karena ia ingin kelak putranya mendapatkan masa depan yang lebih cerah.
Namun Taeyoung tetaplah remaja seusia dengan teman temannya yang lain. Ia bisa saja melakukan kesalahan. Seperti halnya sekarang ini. Jika biasanya ia akan selalu mendapatkan nilai terbaik di kelas, Naeun tentu akan sangat senang dan juga bangga padanya. Lain lagi jika ia mendapatkan nilai kecil bahkan hingga remidial, Naeun tentu tak senang. Maka ia akan selalu mencaritahu alasan apa saja yang membuatnya kehilangan fokus hingga mendapat nilai terburuk.
Dan terkadang hal itupula yang membebani pikiran pemuda delapan belas tahun itu. Hari hari yang telah ia habiskan semenjak sekolah dasar dulu hanyalah mengasah otaknya. Belajar dan belajar. Bahkan hingga saat ini.
Jadi tak perlu heran jika Taeyoung tak punya banyak teman disekolah maupun dilingkungan rumahnya. Bahkan jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Yang paling dekat dengannya hanyalah Seongmin dan Yujin.
Saat tak mendapati jawaban, Naeunpun hanya dapat menghembuskan nafas beratnya.
"Aku pulang..".
Sebuah suara menginterupsi. Si wanita Lee itu lantas menoleh dan mendapati sosok suaminya yang baru saja tiba di ruang makan masih dengan menenteng tas kerjanya.
" Tidak biasanya kau pulang cepat". Ucapnya seraya menghampiri Jay lantas mengambil tas kerja milik suaminya itu dan membantu melepaskan dasi serta jas kantor pria itu.
Lewat sebuah tatapan Naeun tampak mengisyaratkan agar pria itu tetap bersikap baik baik saja. Seolah tak pernah terjadi apapun diantara mereka berdua jika berada dihadapan putranya.
"Ah iya, aku pulang cepat karena ingin makan malam bersama dengan keluargaku".
Taeyoung lantas berdecih mendengar ucapan sang Ayah yang terkesan dibuat buat seolah dengan tulus mengatakannya.
"Tae, bagaimana dengan sekolahmu?". Tanya pria itu sembari berusaha mengakrabkan dirinya pada putranya.
"Untuk apa kau bertanya? Memangnya Papa peduli denganku?".
"Taeyoung!". Tegur si wanita Lee.
Pemuda Park itu lantas mendorong kursinya dan memilih untuk beranjak dari meja makan dan menaruh bekas makannya di wastafel. " Aku sudah kenyang".
Setelahnya Taeyoung pun bergegas pergi dari sana, menyisakkan sepasang suami-istri yang hanya dapat menatap sendu punggung putra mereka.
Jay sontak memijat pelipisnya yang berdenyut pening. "Aku pergi ke kamar dulu, Sayang".
**
Siang itu, Taeyoung terduduk sendirian di sebuah taman didekat sungai Han. Tak seramai biasanya memang, namun ia tak begitu menghiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
lacuna | jaywon
Randomstatus : complete / end. [ summary ] "Jika memang kau masih mencintaiku. Kalau begitu, mari kita selingkuh!" " A-apa..".