chapter 15

5.4K 515 70
                                    

Taeyoung hanya dapat berdecih ketika pagi harinya disuguhi oleh pemandangan manis kedua orang tuanya.

Bukannya ia tak suka dengan keromantisan sepasang suami istri itu. Hanya saja semenjak dirinya memergoki sang Ayah kemarin membuat hatinya begitu jengkel. Sungguh, demi Tuhan! Apapun yang ia lihat pagi ini hanyalah sebuah kebohongan semata. Bahkan ketika sang Ayah yang begitu mudahnya mengucapkan kata cinta untuk sang Ibu membuatnya begitu muak.

Bila saja Naeun tahu kebenarannya, ia pasti tak akan sudi diperlakukan sebegitu manisnya oleh Jay.

Selesai menghabiskan sarapan paginya, Naeun lantas mengantar dua orang yang paling ia sayangi itu hingga ke pintu depan. Jay akan berangkat bersama putranya, Taeyoung.

Di tengah perjalanan, tak ada perbincangan apapun seperti biasanya. Bisa di bilang kalau Taeyoung ini memang tak begitu dekat dengan sang Ayah lantaran sejak kecil ia lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah bersama sang Ibu. Ya.. Semua karena kesibukkan pria Park itu.

Tak lama kemudian, mobil mewah itupun berhenti didepan sebuah gerbang sekolah.

"Pulang sekolah nanti, mau Papa jemput atau..".

" Tidak usah. Aku akan pulang naik bus".

Sementara itu, Jay hanya dapat menghela nafasnya. Ia memaklumi tabiat putranya itu.

"Yasudah kalau begitu, belajarlah yang benar." Pesannya seraya hendak mengusak surai putranya.

Namun sebelum ia benar benar dapat melakukannya, pemuda Park itu lebih dulu menjauhkan diri darinya, seolah tak ingin Jay menyentuhnya.

"Aku pergi". Pamitnya setelah melepas seatbelt yang melekat ditubuhnya .

"Kapan kau berubah, Taeyoung-ah?". Gumamnya sembari menatap punggung putranya dengan sendu.




.


















.




Sudah satu jam mata pelajaran dimulai namun tak ada satupun yang masuk ke dalam otaknya. Taeyoung kehilangan konsentrasi belajarnya. Sejak kemarin malam, hanya ada satu hal yang mengganggu pikirannya. Apalagi jika bukan peristiwa tak terduga yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

Braak!!

Suara gebrakan pada mejapun sontak saja membuat semua penghuni kelas terlonjak kaget.

Siapa lagi pelakunya jika bukan Park Taeyoung.

"Yak, tuan Park apa yang kau lakukan? Kau sangat mengganggu kegiatan mengajarku, kau tau?". Tegur sang guru.

Taeyoung sempat menatap satu persatu wajah terkejut juga bingung teman temannya.

" Maafkan aku, Ssaem. Aku.. Ingin pergi ke toilet sebentar". Alibinya.

Tanpa ingin mengambil pusing, sang guru pun lantas hanya mengangguk, mengijinkannya dan berpesan agar Taeyoung segera kembali lagi ke kelasnya jika urusannya itu sudah selesai.

"Ssst.. Seongmin-ah". Panggil Yujin dengan setengah berbisik.

Untunglah si pemuda Ahn itu masih bisa mendengarnya, lantas iapun menoleh.

" Kenapa dengannya?".

Seongmin hanya membalasnya dengan mengangkat bahunya. Karena jujur saja dirinya juga tak tahu. Mungkin ia akan bertanya pada temannya itu nanti.

Hingga jam istirahatpun tiba, namun si pemuda Park itu tak terlihat kembali lagi kedalam kelas. Tentu saja hal itu membuat Seongmin khawatir karena tak biasanya temannya itu membolos dalam pelajaran.

lacuna | jaywon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang