warning ⚠ : this chapter contains a lot of violent, bloody scenes.
'Plaakk!!'
Sebuah tamparan keras baru saja tepat mengenai permukaan pipi milik si pria Park.
"Kau sadar apa yang kau lakukan, hah?! Kau sudah membuat keluargamu menanggung rasa malu! Beraninya kau bertindak sebodoh ini!!". Pekik tuan Park---pria berusia senja itu yang tak dapat mengendalikan emosinya.
Sementara itu, Jay hanya dapat menundukkan kepalanya. Menyesali apa yang sudah ia perbuat.
"Lee Naeun bahkan lebih baik dari pria tak jelas itu! Namun tanpa berpikir, kau rela mengkhianati istrimu hanya karena mencari kepuasan?!! Benar-benar kau bedebah!".
Tepat sebelum pria paruh baya itu hendak melayangkan kembali tamparan pada putranya, sang Ibu lebih dulu memasang badan, memeluk putra semata wayangnya.
Sontak saja hal itupun membuat tangan milik si tuan Park mengantung di udara.
"Berhenti menyakiti putraku!! Dia sudah mengakui kesalahannya, dan dia sudah meminta maaf. Kau tak seharusnya melakukan hal kasar lagi padanya. Hiks.. Tolong ampuni dia. Jay juga putramu, putra kita--".
" Dia bukan putraku! Aku tidak punya putra se-brengsek itu!". Selanya sembari beranjak dari sana, meninggalkan sepasang Ibu dan Anak yang terisak tangis.
"Ibu... Maafkan aku". Lirihnya.
Nyonya Park lantas menangkup wajah putranya. Ia mengusapkan ibu jarinya, membelai bekas tamparan suaminya yang tampak membekas di pipi sang putra.
"Aku sudah memaafkanmu Sayang..". Gumamnya sebelum membawa putranya itu kedalam pelukan.
" Tapi, bagaimana dengan Ayah?".
"Dia tak serius dengan ucapannya. Ayahmu hanya terbawa emosi. Jangan kau ambil hati ya?".
.
.
Saat hari mulai menggelap, Jay akhirnya pulang dari rumah kedua orang tuanya. Omong-omong, ia juga tak masuk ke kantor hari ini, bahkan mengabaikan beberapa rapat penting dengan para kliennya. Sudah banyak juga spam pesan dan panggilan yang masuk ke ponselnya namun tak ada satupun yang ia tanggapi. Sungguh, dirinya benar benar sedang kacau sekali. Maka tujuannya kali inipun hanyalah pulang kerumahnya.
Baru saja Jay menepikan mobilnya dihalaman rumah, maniknya lantas terkejut saat mendapati beberapa koper miliknya yang sudah tersimpan di depan pintu.
"Naeun.. A-apa yang kau lakukan?". Ucapnya ketika melihat sosok sang istri yang tengah menyeret satu koper lainnya dari dalam rumah.
" Kenapa kau mengeluarkan semua barang-barangku?".
Lee Naeun---wanita itu hanya memasang wajah datar. Ia menatap suaminya dengan pandangan yang begitu dingin sebelum melepas sebuah cincin pernikahan mereka di jari manisnya lantas melemparnya begitu saja.
"Mulai saat ini kau bisa tinggal di apartementmu bersama pria itu tanpa harus bersembunyi dariku lagi. Karena setelah ini, kita akan benar benar berpisah. Tak perlu khawatir, aku yang akan mengambil hak asuh atas putraku sepenuhnya dan kau, bisa memulai kembali kehidupan barumu dengannya".
Sontak saja Jay pun menggeleng dengan tegas. "Naeun sayang, aku mohon jangan begini. Kau harus memikirkannya lagi. Taeyoung juga membutuhkanku. Dia pasti tak suka jika kedua orang tuanya harus berpisah, aku mohon..". Pintanya sembari mencengkeram bahu milik si wanita Lee.
KAMU SEDANG MEMBACA
lacuna | jaywon
De Todostatus : complete / end. [ summary ] "Jika memang kau masih mencintaiku. Kalau begitu, mari kita selingkuh!" " A-apa..".