#Chapter17

8 5 0
                                    

"Kalau gue bilang karena memang hati gue yang mau, lo percaya?"

Aku diam, Jaemin seonbae juga diam, matanya menatap tepat pada mataku.

Tersadar karena aku mulai gemetaran mendapat tatapan seperti itu, aku memalingkan muka memutus tatapan.

Dari sudut mata aku bisa melihatnya tersenyum lalu ikut menatap jalanan di depan.

Untuk beberapa saat tidak ada percakapan lagi, Jaemin seonbae tidak bersuara hanya memainkan jarinya yang saling bertautan dengan suara terdengar bersenandung ria.

Sedangkan aku diam dengan earphone yang masih memperdengarkan lagu klasik. Tapi, aku bahkan tidak mendengarnya karena pikiranku yang tiba-tiba fokus pada satu hal sekarang.

Memangnya aku bisa sembuh?_

Aku bahkan tidak pernah memikirkan pertanyaan seperti itu. Ketika appa atau yang lain menanyakan itu aku hanya akan menjawab 'aku tidak sedang sakit' 'bukan urusanmu' atau 'aku tidak perduli'.

Yah, itu yang akan kukatakan tanpa ragu sekalipun. Bahkan karena kata-kata dariku sendiri yang membuatku berhenti melakukan konsultasi pada psikiater.

Tapi, sekarang pertanyaan itu kutanyakan dengan sendirinya. Apa karena jurusanku saat ini? Haha akan lucu karena aku menyembuhkan diriku sendiri suatu saat nanti.

Benarkah karena itu?

"Kalau sampai kerasukan, lo gue tinggal!" Suara Jaemin seonbae langsung menyadarkanku.

"Apa sih lo" dengusku tidak melihatnya, melepas earphone dan memasukkannya ke tas.

Aahh benar juga!! Aku langsung memutar badan menghadap ke arahnya.

"Kok lo bisa disini?" tanyaku sadar ada yang aneh.

"Emang kenapa? ini tempat umum, jangan mulai deh" jawabnya mendecak karena aku terdengar akan memarahinya seperti sebelum-sebelumnya, dimana dia dengan sengaja mengundang amarahku.

"Ck, perasaan gue nggak pernah liat lo di halte ini sebelumnya"

Iyah aneh, bagaimana bisa dia disini. Kalau dia tinggal di sekitar sini kenapa sebelumnya tidak pernah kulihat, dimana berangkat dan pulang kuliah aku selalu disini sejak setahun terakhir.

"Memangnya lo kenal semua orang yang nunggu bis di halte ini?"

Benar juga, aku bahkan tidak mengenal siapapun selain Wiwi sebelumnya.

"Gue tinggal di apartemen Seoul Corp. B1, kita tetanggaan kalau lo mikir yang aneh-aneh. Jadi, selain halte ini mana lagi halte yang dekat dengan apartemen itu" katanya memiringkan kepalanya melihatku. Memang benar aku juga tinggal di apartemen itu dengan Wiwi beda gedung tapi.

Benar lagi, selain halte ini tidak ada halte terdekat dengan apartemen yang disebut tadi.

"Nggak perduli" ucapku mengalihkan pandangan.

Dia terdengar menghela nafas "kupikir tadi ada lampu hijau, belum bergerak dari lampu merah ternyata"

Aku mengacuhkan kata-katanya barusan, karena memang tidak paham apa yang dibicarakan. Aku berdiri mendekat ke pinggir trotoar menyambut bis yang sudah datang mendekat, dia pun mengikuti saat bis sudah berhenti tepat di depan halte.
________

Risih!

Aku merasa risih dengan Wiwi sekarang!

Bagaimana tidak, sejak memasuki ruang istirahat dia terus melihatku dengan mata memicing.

"Apa sih Wi?!" aku sudah tidak tahan.

"Lo nolak gue karena mau bareng Jaemin?" tanyanya setelah menjauhkan diri lalu menyilangkan tangan.

My First Relationship|With Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang