Owen bangun dan meludah ke aspal sembari menatap tajam dua musuhnya serta memikirkan cara mengalahkan mereka. Dia memasang kuda-kuda, siap melanjutkan pertarungan, saat itulah salah seorang pria berlari ke arahnya, kemudian melakukan tendangan sambil memutar badan. Pemuda itu sedikit terkejut akan kecepatan musuh, segera menggunakan kedua lengannya untuk menahan serangan. Naas, tenaganya kalah kuat sehingga dirinya terpental mundur sebelum terjatuh.
Ketika ia sedang terbaring tiba-tiba sebuah kaki hendak menginjak kuat dadanya. Owen langsung berguling untuk menghindar, lalu menendang kaki lawan guna merusak keseimbangan. Usahanya berhasil, pria itu terjatuh oleh serangannya, Owen segera memanfaatkan kesempatan memukul balik lawannya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Keadaan berubah, Owen kini ganti meninju musuhnya tanpa memberikan jeda, sedangkan lawannya hanya sanggup menahan serangan. Namun, sebuah serangan kejutan datang dari rekan pria tersebut, menyebabkan dirinya terlempar ke samping.
Brruuukk!
"Lumayan," puji pria itu pada Owen. Tatapan matanya lalu beralih ke rekannya yang terkapar seraya mengulurkan tangan. "Ayo berdiri!"
Owen kesal, menatap tajam pria tersebut sebelum melompat sambil melakukan tendangan, tapi serangan darinya gagal. Orang itu menahan menahan serangan menggunakan lengan kiri. Meski begitu, sempat terdorong mundur disertai rasa kebas pada lengannya. Dia mendelik tajam seraya mendengus kasar, kemudian maju dan balik menyerang.
"Keparat! Akan kubunuh kau!"
"Majulah!" sahut cepat pemuda itu.
Owen menundukkan kepala menghindari pukulan pertama, lalu memiringkan badan mengelak dari serangan kedua, ia juga memakai kedua tangannya untuk menangkis serangan berikutnya. Tak sekadar menghindar, ia juga membalas pukulan musuh yang terarah pada organ vital lawan. Jual-beli serangan terjadi, mereka sudah mulai terluka, akan tetapi, pertarungan tidak menunjukan tanda untuk berhenti. Sampai Owen sedikit menarik mundur badannya guna menghindari pukulan menyamping lawannya, lalu melakukan calf kick ke betis lawan. Dirinya menendang seraya berteriak. "Rasakan ini!"
Pergelangan kaki kiri pria tersebut menjadi sakit akibat terkena calf kick, sambil sedikit meringis sakit melayangkan pukulan lurus pada wajah lawannya. Namun, dengan cepat Owen mengelak serta meninju balik rahang pria tersebut.
*calf kick: adalah tendangan rendah menyamping yang mengincar sisi samping pergelangan kaki atau betis lawan.*
"Aaahhh ...," teriaknya kesakitan.
Owen tak henti menyerang, melakukan tendangan memutar badan yang mengenai tepat perut lawannya. "Arrggh!" pekik orang itu tatkala sebuah tendangan menghujam perutnya. Dia langsung jatuh tersungkur sambil memuntahkan semua isi perutnya. Sementara Owen hanya menyeringai penuh kepuasan.
Walau kesakitan, pria tersebut mencoba berdiri untuk kembali bertarung, akan tetapi tubuhnya tiba-tiba ambruk seperti rekannya. Sama sekali sudah tidak mempunyai tenaga.
Owen mengatur napas sambil memandang dua orang yang sudah ia kalahkan. Sorot matanya kini tertuju ke arah pria yang sedari tadi menjadi penonton. "Giliranmu!" serunya seraya melangkah menuju orang itu.
Sedangkan pria tersebut bertepuk tangan sembari melontarkan kalimat pujian. "Hebat, sudah lama aku tidak melihat anak muda yang pandai bertarung sepertimu." Kata-kata itu tulus diucapkan olehnya. Dia yang sedari tadi sibuk menonton sambil merokok merasa terpukau. Lalu, segera membuang rokoknya untuk menyelesaikan tugas lemburnya.
"Siapa kau?!" tanya Owen ketika keduanya sudah berdiri berhadapan dengan jarak kurang dari dua meter.
"Namaku Bambang, seorang bodyguard keluarga," jawabnya.
"Lalu apa urusanmu denganku?!" lanjut Owen.
Pria bernama Bambang hanya tersenyum aneh sebelum menjelaskan. "Karena kau berteman dengan orang yang salah."
Sebelah alis Owen terangkat naik ketika mendengar penuturan lawan bicaranya, sama sekali tidak mengerti ucapan pria itu. Namun, memilih tak ambil pusing, sebab sebentar lagi orang itu akan dibuatnya babak belur. Sementara Bambang melepas jas dan menjatuhkannya, lalu memasang sikap bertarung. Kini, keduanya saling beradu pandangan seraya menunggu waktu untuk memulai serangan. Pria yang bekerja sebagai bodyguard lebih dulu mengambil inisiatif menyerang.
Di sisi lain, Owen berusaha menahan serangan musuh, tetapi malah terdorong mundur hanya dengan satu pukulan, membuatnya menyadari perbedaan kekuatan yang besar. Namun, dia tak gentar, segera membalas serangan dengan pukulan tangan kiri yang lurus menuju musuh, naas, tinjunya dengan mudah ditangkap oleh Bambang, disusul sebuah bogem mentah mendarat tepat pada wajahnya. Serangan itu belumlah selesai, sebab pria tersebut secara keras menggunakan kaki kirinya menendang perut Owen.
Arrggh!
Owen terhuyung mundur, langsung berusaha menyerang balik, tapi kalah cepat karena sebuah bogem mentah kembali melukai sisi kanan wajahnya, menyebabkan dirinya terhuyung ke samping disertai rasa pusing. Untung saja ia masih sanggup menjaga keseimbangan, meski mukanya sudah berdarah, tetapi masih sanggup bertarung. Sedangkan Bambang hanya menatap remeh lawannya, sama sekali tidak merasa bahwa laki-laki yang ada di hadapannya akan mampu mengalahkannya. Dia lalu maju dan bersiap kembali menyerang, ingin segera mengakhiri pertarungan.
Melihat lawannya kembali menyerang, Owen berusaha menghindar, pasalnya jika dirinya terkena pukulan lagi maka dipastikan dirinya akan kalah. Sayang sekali, usahanya untuk menghindar lebih lambat dari serangan musuh, alhasil bahu kirinya terkena pukulan yang sangat kuat, detik berikutnya, sebuah pukulan lurus sukses menghantam wajahnya.
Bugh!
#
Bambang bukanlah pengawal biasa, pria berusia tiga puluh lima tahun itu ahli pertarungan tangan kosong dalam jarak dekat, ditambah memiliki segudang pengalaman saat masih muda. Namun, saat ini dirinya merasakan ancaman bahaya ketika bertarung dengan bocah yang menurutnya tidak berbahaya, hati kecilnya berkata bahwa musuh yang dihadapinya bukanlah orang sembarangan, hal itu dibuktikan dengan kalahnya tiga orang rekan kerjanya.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantungnya berdegup kencang dengan sorot mata tak lepas menatap lawan. Meski musuhnya sudah tumbang, tapi hatinya masih merasa tidak tenang, seolah dirinya sedang membangunkan musuh yang berbahaya. Firasatnya benar, tak berselang lama lawannya kembali berdiri dan siap melanjutkan pertarungan. Bambang menjadi sedikit risau, rasa takut mulai menggerogoti hati kecilnya, lalu mendengus kasar sambil melayangkan serangan.
"Biadab!" umpatnya kasar.
#
Owen bangkit sambil menahan rasa sakit pada wajah serta sekujur badannya, belum selesai dia mengatur napas sebuah pukulan terarah padanya. Ia tidak menghindar, menahan serangan dengan lengan kanannya seraya melancarkan serangan balik menggunakan tangan kiri. Musuh terkejut akan serangan itu, tapi masih sanggup mengelak, melihat hal tersebut salah satu sudut bibir Owen terangkat naik sembari menendang perut lawannya.
Bruukk!
Bambang terdorong mundur, tangan kirinya menyentuh perut yang terasa linu sambil menatap tajam Owen, tak menyangka kalau lawannya dengan cepat memanfaatkan celah untuk menyerangn. Jujur, dia kagum pada orang itu, tetapi sayang sekali mereka berada di pihak berbeda.
Kedua laki-laki itu saling beradu pandangan tajam seraya memasang kuda-kuda, kemudian kembali bertukar serangan.
Bugh!
Bugh!
Braaakk!
****
![](https://img.wattpad.com/cover/272774250-288-k59237.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Story
Ficción General[Update setiap senin] Tiga tahun berlalu kehidupan Amara sudah kembali normal, sosok yang selama ini ada di hatinya sudah sepenuhnya menghilang. Namun, sosok itu kembali datang dan membawa beribu kenangan, mungkin disertai juga perasaan Amara yang p...