Happy reading!
~~"Sayang.."
Gracia yang masih berada di pelukan Shani, sontak menarik dirinya dan melihat kearah sumber suara.
"DINOOOO!"
Gracia berteriak semangat dan berlari memeluk pria yang berdiri sembari merentangkan tangannya.
"Udah aku bilang berapa ribu kali, nama aku itu Dion bukan Dino! Emang aku mahluk purbakala apa?!"
"Tapi lebih enak Dino" ucap Gracia melepaskan pelukannya.
"Yauda deh terserah kamu" ucap Dion sembari mencubit gemas hidung mancung Gracia.
Dion baru menyadari seorang dokter bedah masih berada di tempatnya berdiri dan menatap lurus pada dirinya dan Gracia. Karna merasa canggung, Dion membungkukkan sedikit badannya memberi salam pada Shani. Shani tidak membalas sapaan Dion, ia hanya menatap lurus dan memperhatikan dua orang di depannya.
Gracia lalu kembali berlari menghampiri Shani.
"Saya duluan ya dok!" pamit Gracia tersenyum ramah pada Shani.
"Sebentar!"
"Kenapa?"
"Kamu baru disini?"
Gracia menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Psikolog?"
Gracia lagi-lagi menganggukan kepalanya.
"Berarti saya boleh konsultasi sama kamu?"
"Boleh banget! Ditunggu di gedung 2 ya" ucap Gracia tersenyum, lalu ia kembali berlari menghampiri Dion.
Gracia melambaikan tangannya pada Shani dan Shani tersenyum sembari membalas lambaian tangan Gracia.
Setelah Gracia sudah tidak terlihat, senyuman Shani menghilang begitu saja digantikan oleh ekspresi dinginnya. Shani lalu memasuki lift menuju ruangan miliknya. Namun begitu lift itu terbuka, ia melihat seorang wanita tua yang sebelumnya bertengkar dengannya. Seolah takdir selalu berpihak padanya, Shani mengangkat kedua sudut bibirnya tersenyum penuh arti pada seseorang yang berdiri mematung beberapa meter di depannya.
"I think i've found my next art object.."
Shani keluar dari lift dan segera berjalan menuju ke ruangannya. Shani melepaskan jas putih miliknya dan menggantung nya di kursi. Ia membuka salah satu laci yang berada di meja kerjanya, ia mengeluarkan sebuah koper kecil berwarna coklat tua. Ia membuka koper kecil yang berisi beberapa pisau bedah dan alat medis lainnya. Setelah memastikan semuanya lengkap, Shani kembali menutup koper tersebut. Shani lalu menyalakan komputernya yang terhubung dengan cctv rumah sakit, ia mencari keberadaan Ibu tadi. Tidak memerlukan waktu lama, Shani menemukan Ibu tadi. Shani kembali menampilkan senyuman khas nya.
"Wait for me, i'm coming.."
Shani keluar dari ruangannya bersama koper kecil yang dijinjingnya. Sepanjang perjalanan menuju parkiran, Shani beberapa kali membalas sapaan para perawat yang dengan ramah menyapanya. Sesampainya di parkiran, Shani segera menuju mobil miliknya. Ia melemparkan asal koper miliknya kedalam mobil. Tak lama dari itu, Shani melihat Ibu tadi sedang berjalan tergesa-gesa. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Shan berjalan cepat menghampiri Ibu tadi dan berdiri tepat di belakangnya. Begitu Ibu itu berbalik, Shani menempatkan tangannya di leher Ibu tadi dan mulai menekannya.
"T-to.. long!"
Shani semakin menekan leher Ibu tersebut hingga ia kesusahan bernafas. Shani tiba-tiba melepaskan cekikannya, namun ia langsung menghantamkan kepala Ibu tersebut pada tembok. Ibu itu seketika kehilangan kesadarannya dan terjatuh. Shani membuang nafas kasarnya, lalu ia mengambil salah satu kaki Ibu tersebut dan menyeretnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY OVER YOU [END]
Fanfiction"Should i kill it for you?" "Yes, please.." [22 August 2021 - 13 Feb 2022]