Happy reading!
~~"Shani.."
"Iya?"
"Udahan liatin akunya!" ucap Gracia dengan wajah cemberutnya yang membuat Shani tersenyum gemas.
Shani sedari tadi menyandarkan kepalanya pada stir dan memandangi Gracia yang masih mencoba mengkontrol dirinya.
"Udah jauh lebih baik?" tanya Shani tanpa menghentikan usapan tangannya pada punggung tangan Gracia.
Gracia menganggukkan kepalanya. "Makasi ya.."
Gracia sangat bersyukur ia memiliki Shani sekarang, biasanya ia menghadapi hal seperti ini sendirian. Sekarang ia memiliki seseorang yang menggenggam tangannya saat tangannya bergetar hebat.
"Jadi tadi Kai ngomong apa sama kamu?"
Gracia terdiam untuk beberapa saat. "Shan.."
"Iya?"
"Kalau misalkan dulu aku pernah buat kesalahan yang fatal, apa kamu bakal ninggalin aku?"
Shani menegakkan badannya, lalu dengan cepat menggeleng. Gracia menarik tangannya dari genggaman Shani. Gracia memainkan jari-jarinya dan menggigit bibir bawahnya dengan cukup keras. Shani tidak mencoba untuk menghentikan Gracia yang tanpa sadar menyakiti dirinya sendiri. Shani hanya memperhatikan pergerakan Gracia.
Gracia terus memainkan jarinya selama beberapa menit, sampai tanpa sadar jarinya mengeluarkan darah dan Shani menyadari hal itu.
Shani terkekeh pelan, membuat fokus Gracia teralihkan pada Shani. Shani mengambil tangan Gracia dan meletakan di pahanya. Lalu ia mengambil sebuah plester luka dari dalam dashboard.
"Aku janji ga akan pernah ninggalin kamu untuk alasan apapun Gre. Jadi kamu ga perlu khawatir ya.." ucap Shani dengan suara yang begitu menenangkan sembari memakaikan plester luka pada jari Gracia yang terluka.
"Kalau kamu ingkar?"
Shani tampak berpikir sejenak, jawaban apa yang pas untuk menjawab pertanyaan Gracia. Saat ia sudah menemukan jawaban yang tepat, ia menuntun tangan Gracia dan mengarahkannya pada dada kirinya. Shani tersenyum sebelum memberikan jawabannya.
"You can stab me right over here, and i won't fight back.."
~
Di lain tempat, Cindy sedang menemani Jinan yang hari ini sudah diperbolehkan untuk pulang. Mereka sudah bersiap untuk meninggalkan rumah sakit, namun Jinan meminta Cindy untuk menemaninya sebentar saja di taman belakang rumah sakit.
"Ngapain sih harus kesini dulu? Kamu tuh baru sembuh, jangan macem-macem dulu" ucap Cindy memarahi kekasihnya yang dengan santai memakan roti yang ia bawa tanpa menghiraukan perkataan Cindy.
"Mau?" tanya Jinan dengan santainya, dan dijawab gelengan kepala oleh Cindy.
"Aku tuh cuma mau menikmati kehidupan normal aku untuk terakhir kalinya" ucap Jinan yang tentu saja membuah Cindy mengerutkan keningnya.
"Maksudnya?"
"Setelah aku keluar dari rumah sakit ini, aku pasti harus nurutin keinginan kamu yang aneh-aneh itu dan itu artinya kehidupan aku ga akan sama kaya dulu lagi"
Cindy hanya mengangguk-anggukan kepalanya. "Itu bukan aneh, tapi kamu belum terbiasa aja"
"Dan ga akan pernah terbiasa!" ucap Jinan cepat.
"Terserah.."
Mood Cindy sedang baik sekarang, maka dari itu ia tidak ingin terlalu menanggapi perkataan Jinan yang bisa saja merusak moodnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY OVER YOU [END]
Fanfiction"Should i kill it for you?" "Yes, please.." [22 August 2021 - 13 Feb 2022]