Happy reading!
~~Shani kali ini membawa Gracia ke dalam kamarnya. Shani menuntun Gracia untuk duduk diatas tempat tidur miliknya. Shani membawa sebuah handuk yang sudah ia basahi dengan air hangat. Perlahan ia membuka ikatan yang mengikat kedua lengan Gracia, mengompres luka kemerahan akibat ulahnya.
"Mulai sekarang kamu tinggal disini"
Gracia sontak menarik lengannya dari Shani, lalu ia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Shani hanya menatap sekilas pada Gracia, lalu kembali fokus membersihkan luka pada lengan Gracia.
Selesai dengan Gracia, Shani mulai membersihkan luka pada tubuhnya. Ia tapa ragu membuka baju yang ia kenakan dan menyisakan bra sport nya saja. Gracia sontak mengalihkan pandangannya dan Shani hanya tertawa pelan melihat hal itu.
Gracia sesekali mendengar ringisan yang keluar dari mulut Shani, penasaran dengan apa yang Shani lakukan, Gracia sedikit melirik kearah Shani.
"K-kamu jait luka kamu sendiri?!" tanya Gracia menatap tidak percaya pada Shani.
Shani menganggukkan kepalanya. "Kenapa? Mau bantu?"
Gracia tidak menjawab, namun ia langsung mengambil kain kasa dan juga plester yang sudah Shani siapkan. Gracia dengan hati-hati menutupi luka pada bagian dada Shani yang baru saja dijahit. Setelah luka tersebut tertutupi dengan sempurna, Gracia tiba-tiba menekan kembali luka tersebut, membuat Shani kembali meringis kesakitan.
Shani tidak memprotes ataupun marah pada Gracia, ia membiarkan Gracia melakukan apapun yang ingin ia lakukan. Gracia memukul beberapa kali dada Shani, namun respon Shani hanya terdiam.
"Kenapa harus aku?!" tanya Gracia dengan air mata yang kembali mengalir di pipinya.
Shani menatap kosong pada Gracia. "Sama Gre, itu pertanyaan yang selalu ada di kepala aku sejak dulu. Kenapa harus aku?"
~
15 tahun yang lalu.
Shani baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Shani berniat untuk menghabiskan sorenya bersama dengan Cindy, saat Shani hendak membuka pintu kamar Cindy, bunyi pecahan terdengar dari dalam sana. Shani dengan cepat membuka pintu tersebut. Shani melihat Cindy yang sedang terpojok di ruangan dan Keenan sedang melemparkan beberapa barang kearah Cindy.
"JANGAN BERSIKAP LEMAH SEPERTI MAMA KAMU!" bentak Keenan yang membuat Cindy semakin bergetar ketakutan di sudut ruangan.
Keenan kali ini siap untuk melemparkan sebuah vas yang berada di genggamannya, Shani sontak berlari dan memeluk kaki Keenan.
"STOP PAH!"
Keenan menoleh pada Shani, lalu menendangnya dengan kasar hingga Shani terpental cukup keras pada sebuah meja. Shani segera berlari menghampiri Cindy dan memeluknya, mencoba melindungi adiknya tanpa menghiraukan denyutan yang terasa di kepalanya akibat terbentur.
"S-Shani bisa buat Cindy jadi apa yang Papa pengen! Tapi stop sakitin dia!"
Keenan tertawa meremehkan. "Kamu ga jauh beda sama dia, ga usah-"
"SHANI BISA!"
Keenan cukup terkejut dengan teriakan Shani, lalu ia berjongkok di samping Shani. "Kalau begitu, bunuh satu orang tanpa ada yang mengetahuinya. Kamu punya waktu 3 hari, bisa?"
Shani menoleh dan menatap Keenan dengan tatapan ragu bercampur marah. Namun pada akhirnya ia tetap mengangguk sebagai jawaban.
"Kalau kamu gagal, adik kamu yang akan menerima hukumannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY OVER YOU [END]
Fanfiction"Should i kill it for you?" "Yes, please.." [22 August 2021 - 13 Feb 2022]