Happy reading!
~~Shani baru saja selesai melakukan operasi pada pukul 2 dini hari. Ia masih sangat merasa lelah saat ini, ia menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya sembari memejamkan kedua matanya. Baru beberapa saat Shani memejamkan matanya, tiba-tiba ia mendengar suara pintu ruangannya terbuka.
"Ci tolongin aku!" ucap Cindy dengan wajah paniknya, sedangkan Shani hanya membuka matanya dan kembali memejamkan kedua matanya.
Cindy segera berlari menghampiri Shani, ia menggoyangkan bahu Shani beberapa kali. Namun Shani tetap memejamkan kedua matanya. "Cici cape baru selesai operasi!"
"Ayolah ci.. Temen aku keburu mati itu"
"Kan masih banyak dokter lain, atau ga minta tolong Papa sana!"
"Gamau, aku maunya dia ditanganin sama cici"
Shani dengan terpaksa membuka kedua matanya dan segera memakai jas putih miliknya. Cindy tersenyum melihat hal itu, ia segera mengarahkan Shani untuk menuju Instalasi Gawat Darurat. Cindy kemudian membawa Shani pada salah satu pasien dengan sebuah luka tusuk di perutnya. Shani segera menutup gorden dan memerintahkan Cindy untuk menunggu di luar saja, namun Cindy bersikeras ingin menunggu di dalam bersama Shani.
"Lagian nanti juga aku bakalan jadi kaya ci Shani, jadi sekarang itung-itung belajar. Ya ya ya?" ucap Cindy setengah memohon pada Shani.
Shani dengan tegas menggelengkan kepalanya dan kembali memerintahkan Cindy untuk segera pergi. Cindy mendengus kesal, namun Shani segera menatap datar pada Cindy. Cindy yang ditatap seperti itu hanya bisa menelan ludahnya dan segera pergi meninggalkan Shani.
Begitu Cindy pergi, Shani segera menerapkan manajemen trauma tentunya sesuai dengan algoritma ATLS, yang mengacu pada ABCDE (airway, breathing, circulation, disability, exposure). Pertama Shani memastikan keamanan airway atau jalan nafas pasien terlebih dahulu. Dikarenakan pasien dalam keadaan tidak sadar atau pingsan, Shani melakukan pengecekan saturasi oksigen menggunakan pulse oximetry. Hasil saturasi pada pasien tersebut menunjukkan >95%, itu berarti jalan nafas pada pasien baik. Shani juga tidak lupa memakaikan collar neck pada leher pasien sebagai tindakan proteksi seandainya ada kemungkinan cedera pada daerah leher.
Selanjutnya Shani memeriksa pernafasan pada pasien. Pasien tersebut memiliki pola nafas yang normal, tidak sesak, pergerakan dada dan juga suara paru normal, maka dengan pengecekan itu bisa dipastikan breathing tidak ada masalah. Shani lalu berlanjut pada circulation atau sirkulasi darah dan manajemen pendarahan. Pada pasien ditemukan luka tusuk di perut dan pasien juga diketahui mengalami syok seperti tekanan darah menjadi rendah, nadi cepat halus, tangan dan kaki teraba dingin. Untuk hal itu, Shani segera melakukan pemasangan infus NaCI 0,9% yang hangat dengan kanul besar. Shani juga mengambil sample darah pasien untuk pemeriksaan laboratorium dan kebutuhan transfusi. Setelah itu, tahap selanjutnya adalah disability dan exposure. Pasien dinilai kembali kesadarannya, fungsi sensorik dan motorik, Shani melepaskan semua pakaian pasien untuk melihat apa ada sumber trauma lainnya, lalu tak lupa diberikan selimut untuk mencegah hipotermia atau kedinginan. Selesai dengan manajemen gawat darurat ABCDE, Shani kembali mengevaluasi kembali, melakukan pemeriksaan menyeluruh, dan memberikan terapi definitif sesuai dengan kondisi klinis pasien.
Setelah menunggu cukup lama, Shani akhirnya menghampiri Cindy. "Udah di pindah ke ruangan rawat inap"
Mendengar hal itu, Cindy ingin segera menghampiri temannya itu. Namun Shani dengan cepat menahan lengan Cindy.
"Siapa?" tanya Shani menatap serius pada Cindy.
"Tadikan aku udah bilang, temen!"
"Nama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY OVER YOU [END]
Fanfiction"Should i kill it for you?" "Yes, please.." [22 August 2021 - 13 Feb 2022]