COY 5

9.7K 1.1K 98
                                    

*Pokoknya kalau italic semua, itu artinya flashback.

Happy reading!
~~

Setelah beberapa jam, Gracia masih tertidur. Shani perlahan memindahkan kepala Gracia dari bahunya dan memindahkannya untuk bersandar pada sofa. Shani memperhatikan wajah Gracia, ia mengeluarkan ponselnya lalu mengambil foto Gracia yang sedang tertidur. Shani tersenyum memandangi layar ponselnya.

"Apakah aku benar-benar mencintaimu atau aku hanya terobsesi kepadamu?" tanya Shani pada dirinya sendiri.

Shani terkekeh pelan, ia kembali menyimpan ponsel tersebut ke dalam sakunya. Shani bangkit dari duduknya dan menyambar jas putih miliknya. Shani beranjak keluar dari ruangannya, tak lupa ia mengunci pintu ruangan tersebut. Shani paling tidak suka seseorang memasuki ruanganya, selama ini hanya ada tiga orang yang boleh memasuki ruanganya. Tiga orang itu adalah Keenan, Elena, dan Cindy. Ya, hanya keluarganya yang boleh memasuki ruangan milik Shani. Dengan begitu, Gracia merupakan orang pertama yang tidak memiliki hubungan darah dengan Shani, namun Shani memperbolehkan Gracia berada di dalam ruangannya.

Shani memasukan kedua tangannya ke dalam saku jas yang ia kenakan, ia berjalan perlahan sembari sesekali membalas sapaan ramah dari banyak orang. Kaki Shani terus melangkah sampai ia tiba di sebuah ruangan rawat inap. Tanpa ragu, Shani langsung memasuki ruangan tersebut. Shani mengedarkan pandangannya, namun ia tidak menemukan seseorang yang ia cari. Akhirnya Shani memutuskan untuk berjalan menghampiri pasien yang ternyata sampai sekarang belum sadarkan diri.

Tangan Shani terulur untuk mengangkat baju pasien tersebut, ia kembali memperhatikan luka tusuk yang sudah berhasil ditangani olehnya. Shani tersenyum saat melihat sebuah ukiran nama yang berada tepat di samping luka tusuk tersebut.

'CIND'

Shani terkekeh pelan saat mengetahui alasan mengapa Cindy hanya ingin pasien bernama Jinan ini ditangani olehnya. Alasannya sudah sangat jelas terlihat pada perut Jinan. Apa yang terjadi pada Jinan, itu merupakan ulah Cindy dan Cindy tidak ingin orang lain mengetahui hal itu.

Beberapa menit Shani berada di dalam ruangan itu, kesadaran Jinan mulai kembali. Jinan perlahan membuka kedua matanya. Begitu Jinan membuka kedua matanya, ia melihat seseorang menggunakan jas putih sedang tersenyum kearahnya.

Tiba-tiba suara decit pintu mengalihkan fokus mereka. Jinan dan Shani, keduanya menoleh pada pintu ruangan. Cindy muncul dari belakang pintu itu sembari tersenyum pada Jinan. Jinan menoleh cepat pada Shani sembari mengangkat bajunya.

"I-ini ulah dia dok!" ucap Jinan sembari menunjuk Cindy yang mulai mendekat kearahnya.

Shani mengalihkan pandangannya pada Cindy, ia menatap tanya pada adiknya. Cindy hanya mengangkat bahunya acuh sebagai jawaban dari tatapan Shani.

"Haruskah saya melaporkan dia pada pihak berwajib?" tanya Shani pada Jinan.

Jinan menganggukan kepalanya cepat dan menggeser badannya mendekati Shani.

"Babe.."

"Stop! Jangan pernah lo panggil gw dengan sebutan menjijikan itu lagi!" ucap Jinan semakin menjauhkan badannya dari Cindy.

Cindy menghembuskan nafas kasarnya, ia menarik kursi dan duduk mendekati Jinan.

"Aku kan udah bilang jangan banyak gerak nanti ketusuk-"

"Itu bukan ketusuk, itu ditusuk!" ucap Jinan dengan cepat memotong ucapan Cindy.

"Oke.. Itu juga karna kamu gamau diem!"

"Lo pikir bakalan ada orang yang diem aja kalau perutnya disayat hah?!" ucap Jinan membentak Cindy.

~

CRAZY OVER YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang