Ibaratkan kepingan cokelat yang jika dikonsumsi terus-menerus akan membawa penyakit. Seperti itulah jalan yang Denis dan Nisa putuskan untuk dilalui.
Pertemuan yang semula hanya sebagai pengisi rasa bosan dan tidak lebih dari pelarian semata, harus...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mentari terus naik dan bergerak turun, langit bergulir untuk berganti warna, udara terkadang menyejukkan atau bisa menjadi menyebalkan untuk kesehatan, cuaca juga tidak berhenti berganti--musim hujan lebih Nisa sukai.
Mengapa begitu? Karena dengan turunnya jutaan air hasil penguapan--terlebih jika malam hari--, Nisa bisa lebih leluasa mengeluarkan semua yang terpendam sepanjang hari di lubuk hati.
Bulan sudah beberapa kali berganti, namun tidak untuk keharmonisan di bawah naungan dua lantai ini--tak kunjung menjadi hangat.
Jujur saja, berada di posisi saat ini begitu menyiksa batin serta psikis Nisa. Ia sangat ingin melarikan diri sejauh-jauhnya, tanpa arah tujuan, tanpa mengenal sedang berada di musim mana--ia hanya ingin lari, itu saja. Namun, tidak bisa seperti itu, Nisa harus pikirkan nasib bayi dalam kandungannya, bayi yang akan menjadi sumber bahagianya.
Berat. Satu kata yang selalu mengiringi setiap deru napas. Benar-benar sudah terjebak. Jalannya sudah buntu, padahal Nisa menginginkan jalan keluar agar udara yang segar bisa gadis itu hirup sesuka hati seperti sedia kala ... sebelum bencana tak terduga mengubah segalanya.
Juga dengan cita-cita, Nisa masih berharap bisa meraihnya. Memakai topi toga; melebarkan senyum sampai mata menyipit kala berpose bersama Mama di studio foto; memamerkan gelar pada sang Papa yang jauh dari pandangan. Semua itu ingin Nisa lakukan.
Kandungan sudah beranjak usia tua. Tinggal beberapa Minggu lagi, bayi yang menarik rasa penasaran bagaimana bentuk rupanya, akan lahir ke muka bumi. Membuka mata, melihat dunia yang menyiksa Ibu-Bapaknya.
Hamil besar ternyata begitu menyiksa; ketika tidur jadi tidak bisa tenang, mencari-cari posisi mana yang membuat nyaman, atau saat duduk bahkan berdiri terlalu lama akan membuat pinggang sakit. Pantas saja Ratih sangat kecewa setelah tahu jika anaknya yang sudah dibesarkan dengan susah payah sudah berani mengambil langkah salah.
Seperti hari-hari sebelumnya, pagi hari Nisa gunakan untuk menyehatkan badan dengan berjalan santai mengitari kompleks ditemani earphone menyumpal kedua lubang telinga. Atau, jika mulut ingin dimasuki berbagai macam kudapan , Nisa akan turun ke jalan raya seperti sekarang ini.
Di cincingan tangan sudah terdapat snack berbagai varian kemasan dan rasa, jajanan-jajanan dari gerobak kaki lima. Sekarang tinggal menemukan tempat apik untuk mengistirahatkan tubuh sebagai penghilang penat dan tentunya untuk menyegarkan pikiran sebelum dipenuhi dengan kesuraman.
Kursi taman yang letaknya tidak jauh dari pemukiman kompleks tepat terletak di pinggir jalan Nisa pilih. Gadis itu merunduk bersusah payah untuk melepas sepatu yang terasa sesak padahal baru satu bulan lalu ia beli. Tidak heran juga, karena berat badan terus naik seiring perutnya yang kian membuncit.
Tiba-tiba sebuah air mineral disodorkan oleh buah tangan, dengan si empunya yang samar-samar berkata, "Diminum, ya, Bu. Kasian keliatan capek."
Nisa mengangkat kepala. Keterkejutan sampai sikap beku berhasil mengambil alih tubuh saat tahu jika orang baik itu adalah Zaki, sontak earphone segera Nisa lepas.