Epilog

102 8 2
                                        

Gelas dituangkan air panas; kopi sebagai penghapus penat; lelah dan rasa kantuk, telah siap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelas dituangkan air panas; kopi sebagai penghapus penat; lelah dan rasa kantuk, telah siap.

"Mobil Sedan ugal-ugalan menabrak truk kontainer bermuatan bahan bangunan di Jalan Kamboja. Sepasang Suami-istri segera dilarikan ke Rumah Sakit terdekat--"

Kalimat dari reporter di dalam layar kaca di depan sana sudah tak sanggup telinga Ratih terima saat sebuah pesan masuk.

Denis dan Nisa kecelakaan.

Tubuh Ratih merosot, gelas yang ada di tangan pecah menjadi beberapa bagian tertinggal noda hitam di lantai. Tulang-belulang terasa lemah, wanita itu tak sadarkan diri.

🍫🍫🍫

Dua tubuh duduk lemas dengan masing-masing perasaan cemas yang bergemuruh memenuhi badan. Di depan ruangan operasi Ratih dan Nenek terus melangitnya doa agar Nisa yang tengah melakukan proses melahirkan dipermudah.

Jadwal kelahiran buah hati dua remaja itu seharusnya masih jauh, tetapi menurut saran Dokter, Nisa harus segera melahirkan karena pendarahan yang dialami akibat kecelakaan begitu berisiko pada keselamatan Bayi.

Pacuan derap kaki menarik dua wanita berbeda generasi itu menoleh, seorang perawat datang dengan garis wajah tak tenang. Ratih dan Nenek sontak berdiri tanpa diminta terlebih dahulu.

"Saudara Denis telah meninggal dunia. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan lebih menyayangi beliau."

Kalimat itu keluar bagai sambaran petir bagi Nenek. Wanita tua itu jadi tak berdaya, tubuhnya yang rapuh semakin rapuh, sendi-sendi seketika tidak bekerja, otot jadi lemas, ia didudukkan Ratih yang sama sedihnya.

Tuhan tidak pernah ingkar janji. Ketika membuat kesempatan dengan hambanya, tanpa lebih atau kurang, jika batas nyawa sudah ditetapkan, maka kematian akan datang.

Dan rupanya, Nisa Istri yang baik. Dua jam setelah sang buah hati menyuarakan tangis cemprengnya, Nisa menyusul jejak Denis untuk bersama-sama meninggalkan dunia.

Ratih begitu hancur, terus menyalahkan diri sendiri karena sudah sangat lalai. Menumbuhkan kebencian yang seharusnya tidak ia bubuhkan, Ratih menangis histeris. Begitu pula dengan Nenek, ia sampai dilarikan ke UGD untuk diberi penanganan.

Hari biasa seketika disulap menjadi neraka. Nisa benar-benar lari, tapi bukan untuk memperbaiki, namun justru menciptakan luka baru yang tak kalah pilu. Dan Denis sudah menjadi pemimpin, pemimpin untuk diikuti jejaknya menuju jalan ke akhirat kekal.

Entah bagaimana nasib yang ditinggalkan, mau Ratih atau Nenek begitu terpukul.

Nisa dan Denis memang jodoh. Menitipkan Bayi merah yang diberi nama Meisha sebelum sang Ibu menutup usia dari dunia yang penuh tipu daya.

The End.

A/N:Akhirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A/N:
Akhirnya.... lega juga.
Gimana nih sama endingnya? Manis banget bukan? Hehehe....

Semoga dengan aku ciptakan Chocolate, kalian para pembaca bisa mendapat nilai yang aku berikan lewat tulisan. Terima kasih, sampai ketemu di next story. Salam, Cici.

Chocolate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang