17. Jevan

75 14 0
                                    

"Oi ngapain lu disini?" Jevan pun menoleh ke sumber suara

"Gak papa" angkasa pun mengangguk dan ikut duduk di sebelah jevan

Ke 12 dari mereka lagi main di pantai bareng sambil barbecue dan menikmati senja. Entah gimana ceritanya mereka dapet ide kek gitu. Tapi angkasa menyadari ada yang beda dari jevan, dia menjauh dari yang lain. Sedari tadi mereka berkumpul, jevan lebih banyak diam. Sekarang aja jevan duduk sendiri agak jauh dari yang lain.

Setelah percakapan singkat tadi, mereka berdua memilih diam. Angkasa yang emang wataknya pendiam dan anehnya jevan yang wataknya periang sekarang terlihat termerenung melihat ke arah pantai.

"Sa" panggil jevan melepas keheningan

"Hmm"

"Gue cerita ke lo boleh gak?" Tanya jevan yang sekarang memperalihkan pandangannya ke angkasa

"Boleh. Tapi jangan harap tanggapan gue, gue bisa ngasih tanggapan ke orang lain" jawab angkasa. Jevan pun kembali terdiam memikirkan cara yang tepat buat nyampai in ceritanya. Apa lagi orang itu angkasa, dia perlu berpikir ekstra untuk menyampaikan ceritanya agar tidak canggung.

"Lo....tau kan gue anak panti" tanya jevan sambil menunduk

"Iya"

"Lo pernah gak sih ngerasa gak guna. Kayak, lo berasa gak ada yang mau kedatangan lo di dunia ini?" Angkasa terdiam. Dari semua nasib ke 11 temannya yang ia kenal, nasib jevan lah yang menurutnya paling buruk.

"Kadang" jawabnya singkat setelah termernung













[FLASHBACK]
(jevan's pov)





"Jevan, sini. Ibu punya berita buat kamu" panggil pengurus panti yang di panggil 'ibu' oleh anak anak panti disana

"Iya, bu. Ada apa?" Tanya jevan dan duduk disampingnya

"Jevan, kamu umur berapa sekarang?" Tanya nya sambil memegang tangan jevan

"Ibu masak lupa sih sama umur jevan?" Tanya jevan sambil menatapnya tak percaya. Ibu pun tertawa kecil sambil menggeleng

"Sudah, jawab saja pertanyaan ibu"

"15 ibuuu" jawab jevan sambil melipat mukanya melihat itu, ibu pun kembali tertawa

"Nah, sudah besar kamu jevan. Ibu masih ingat waktu ibu dapat kamu, dulu kamu masih bayi. Sekitar 1 bulan" jelas ibu. Jevan ingin bertanya tentang orang tua kandungnya tapi kembali mengurungkan niatnya. karena setiap jevan tanya, ibu hanya akan menyuruhnya menunggu sampai waktu yang tepat

"Ibu rasa, kamu sudah cukup umur untuk mengetahui fakta tentang kedua orangtua mu" jevan pun tersenyum lebar. Setelah bertahun tahun jevan menunggu untuk mengetahui fakta orang tuanya, hari ini jevan akan mengetahuinya. Sebenarnya jauh dalam hati jevan ia memiliki rasa takut untuk mengetahuinya. Tetapi selama ini jevan sudah menyiapkan hati nya untuk kemungkinan terburuk.

"Kamu siap?" Jevan pun mengangguk antusias. Ibu yang melihat seberapa antusias jevan pun hatinya seperti hancur berkeping keping.

"Ibu tidak bisa memberi tau nama orang tua kamu demi kebaikan kamu sendiri"

"Kenapa bu, jevan gak bakal kenapa napa kok" sela jevan. Ibu pun berpikir sebentar

"Baiklah kalau begitu, ibu tidak akan memberi tau sekarang. Selesai cerita ibu akan kembali tanya ke kamu, apa benar kamu ingin mengathui siapa orang tua mu" jelas ibu. Jevan pun mengangguk setuju


"Ibu masih ingat, agustus tanggal 30 tahun 2001. Saat ibu hendak pergi beli popok untuk anak anak panti, ibu melihat keranjang bayi dari rotan yang ber isi kamu" jelas ibu sambil mengeluarkan keranjang rotan dari bawah meja.

Surat untuk desember (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang