Narrator: Her

67 12 3
                                    

Naraya deandra danurdara. Perempuan ber zodiak scorpio yang terlahir sebagai anak tunggal ini adalah narator dari cerita ini.

Memang banyak hal yang tidak kita ketahui tentang naraya sepanjang cerita, itu kanapa di extra chapter ini kita akan mengenal naraya lebih jauh.

Naraya adalah anak tunggal dari seorang pendiri perusahaan start-up yang masih tergolong baru tetapi sudah sukses besar.
Sayangnya, naraya harus kehilangan sosok "bapak" di hidupnya saat ia menginjak umur 12 tahun.




6 tahun yang lalu





Naraya terduduk diam di kamar nya, keadaan di dalam rumahnya sangat lah kacau. Banyak orang berlalu lalang sibuk, tangisan yang menggelegar di setiap sudut rumah, dan orang orang yang datang untuk menjenguk ibu.




*TOK TOK
Naraya pun membuka pintu kamarnya

"Nih es krim" kata kak lino datang datang membawa sekresek es krim. Naraya pun hanya diam mengambil kresek tersebut

Arlino bisa melihat mata sembab naraya dan bekas air mata di pipinya. Naraya sudah menangis terlalu lama dan badannya sudah lelah untuk melanjutkannya lagi.


Arlino memang adatang telat karena dia baru mendapatkan kabar tentang kepergian om nya saat dia sepulang sekolah.


Kak lino pun membuka tangan nya

"Sini" suruh nya

Naraya pun segera terjatuh di pelukan arlino, air mata yang sebelumnya berhenti mengalir pun kembali turun secara perlahan.

Arlino pun hanya terdiam, mendengar setiap isakan dan suara kecil yang dikeluarkan naraya.


"Kak, gue harus gimana? Gue udah gak punya bapak" kata naraya di sela tangisannya. Bapak naraya selalu sibuk, dan naraya yang tidak mau menangis dihadapan ibunya. Membuat hanya arlino satu satunya orang yang menemani setiap tangisan yang dikeluarkan naraya. Sosok kakak yang selalu mendengarkan keluh kesah adik nya.

Hal itu membuat arlino hafal dengan segala sikap naraya, termasuk saat dia sedang menangis. Arlino hafal betul bahwa naraya adalah perempuan kuat yang jarang mengeluh, sekali dia mengeluh berarti dia benar benar putus asa dan bingung.

Maka saat arlino mendengar keluh naraya di sela tangis nya, langsung terasa tusukan yang sangat dalam di hatinya. Seperti sosok kakak laki laki pada umumnya, arlino sangat benci jika melihat adik nya menangis.

Arlino pun mengeratkan pelukannya, dia tidak bisa menjawab pertanyaan naraya. Entah berapa banyak cobaan yang arlino lewati, entah berapa banyak pertanyaan yang di lontarkan naraya yang selalu ia jawab. Namun kali ini, arlino benar benar bingung dan tidak bisa menjawab


Dimana keberadaan hanan dan dhanis di saat itu?

Hanan dan dhanis hanya bisa duduk di teras rumah naraya yang penuh dengan banyak orang. Mereka tidak berani untuk menemui naraya karena mereka memang tidak bisa menenangkan orang yang sedang bersedih. Dari pada membuat situasi makin buruk, mereka pun hanya bisa menunggu orangtua mereka untuk mengajak mereka balik pulang dari kediaman naraya.










Sekiranya begitulah salah satu hari terburuk di kehidupan naraya, hari yang membuatnya trauma sampai kehilangan ingatan secara rinci akan apa yang sebenarnya terjadi di saat itu. Naraya hanya dapat mengingat rasa sakit dan sedih yang sangat mendalam, tetapi apa yang ia lakukan selama beberapa bulan kedepan dia tidak bisa mengingatnya.

Surat untuk desember (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang