30. Surat untuk desember

200 17 6
                                    

It ended in a bad note. (Sadly)

Aku butuh waktu satu minggu untuk menulis surat ini. Biasanya surat berisi 1-5 lembar tulisan, tapi aku menulis lebih dari itu. Cerita yang kita punya memang banyak. Sebenarnya aku ingin menceritakan semua dari kita kelas 10, but its emotionally difficult to remember all those memories.

Aku masih merasa bersalah untuk memendam ke khawatiran saat di pantai, seharusnya aku mendengarkan kata hati ku dan tidak mengandalkan akal ku. Meskipun berulang kali livia mengatakan itu bukan salah ku, tapi apa buat. Aku tetap lah manusia yang dapat merasakan penyesalan.

Di surat ini aku ingin berterimakasih untuk kalian, I'm great full to at least know you for sometimes in my life.

At last, Thank you.



From: naraya
To: 12 founded angles
————————————————————————————————————









"Gue mau ke pacitan dulu, balik malem ini kok" kata naraya saat memberikan kunci cadangan kepada nabilla, teman kos nya

"Mau ngapain lo ke pacitan?" Tanya nabilla setelah menerima kunci tersebut

"Mau ke rumahnya temen gue" nabilla pun mengangguk paham dan membiarkan naraya pergi







Naraya, yang sekarang mahasiswi psikologi ugm harus pergi meninggal kan ibu dan rumahnya untuk melanjutkan studinya.

Bukan tanpa alasan naraya memilih psikologi ugm. Pertama karena dia ingin pergi jauh dari rumahnya agar tidak kembali mengenang teman temannya. Dan kedua karena ia ingin memahami tentang emosi dan akal manusia apalagi dengan pengalamannya dengan kepergian yang bisa membuat orang lain mentally ill, dia pun semakin tertarik saat mengingat penjelasan arlino saat di taman.

Setelah memberi tau nabilla dengan kepergiannya, naraya pun masuk kedalam mobilnya dan langsung pergi ke tempat dimana teman temannya pulang. Hari ini naraya bertekad untuk melepaskan segala masa lalunya dan menyambut masa depan yang akan menantinya. Meskipun susah, tapi setelah mendengar beberapa pelajaran yang diberikan dosen dosennya tentang mental health dan past stories, naraya pun kuat merelakannya.






(I just couldn't safe you tonight - ardhito pramono)




Naraya pun kembali menginjak kan kaki nya ditempat itu setelah satu tahun.

Bulan desember, bulan dimana dia kehilangan teman teman terdekatnya. Dan sekarang sudah terulang lagi bulan desember dan tepat di tanggal dimana mereka pulang.

Naraya pun berjalan pelan menyusuri pantai tersebut tanpa alas kaki untuk merasakan tiap buliran pasir yang di injak oleh kaki nya. Sesekali naraya menghembuskan nafas berat setiap mengingat kembali hal hal buruk dan baik yang terjadi di tempat ini.

Dari rasa senangnya saat mereka melakukan foto bersama, saat mereka sedang bermain di air, dan sedihnya saat mereka harus terbawa ombak.

Naraya pun kembali berdiri di mana dia berteriak memanggil mereka untuk kembali.

"Yofie" kata naraya sendu.

Saat yofie menoleh, naraya dapat melihat ketakutan akan apa yang akan terjadi selanjutnya di mata yofie.
Naraya ingin membantu, tapi sudah telat.


"Tolol banget kalian" lirih naraya mencoba menahan tangisnya

"Sumpah, gue tau kalian pada tolol semua tapi gue gak ngira kalian bakal se tolol ini" kata naraya sambil turunnya air mata tanpa sepengetahuan nya.

"Ah anjing banget lu juan, bisa bisanya lo bikin lana nangisin lo" kata naraya

"Heh hanan, dhanis. Katanya mau barengan ngelabrak papah tapi kenapa cuma gue doang sama livia?"

Beberapa hari setelah acara pelepasan, livia dan naraya pergi untuk menemui papah hanan untuk memarahinya karena ketidak hadirannya saat pelepasan. Emosi pun semakin bertambah saat mendengar jawaban papah hanan yang tidak acuh dengan kepergian putra satu satunya. Dan dengan itu livia pun membulatkan tekadnya untuk tinggal bersama mamah hanan dan meninggalkan kedua orang tuanya.

Naraya pun menunduk setelah mengatakan perkataan nya. Hatinya sakit, dia merasa sesak.

Tangisannya pun tertahan saat merasakan pelukan oleh seseorang

"Nangis aja, kak" saat naraya mendongak, dia pun sadar kalo itu livia. Naraya pun langsung memeluknya kembali dan lanjut menangis







Setelah lega menangis selama beberapa saat, naraya pun menghapus air matanya dan pergi ke tepi pantai dengan surat yang ia tulis di genggaman nya.

Dia menunggu ombak agak besar untuk melepaskan suratnya. Naraya tau itu bukan lah hal yang baik, tetapi dia tidak tau cara lain untuk mengirimkan surat itu bagaimana.

Naraya pun melihat surat itu perlahan terbawa jauh oleh air. Dan hancur sekitar dimana teman temannya terseret ombak.



Naraya pun kembali dan menemukan bahwa mamah hanan ada disana dan ditemani oleh livia.

"Mah" panggil naraya sendu saat melihat mamah hanan yang menangis terisak

"Nara!" sahut mamah hanan dan langsug memeluknya. Hatinya serasa ter cabik cabik, seorang ibu yang kehilangan anak satu satunya.

"Mah" panggil livia yang masih menangis. Mamah hanan pun berubah pelukannya ke livia.

Naraya pun meninggalkan mereka berdua dan kembali melihat sekitar.


(Astronomy - conan gray)



"Om saya naraya, teman awan" sapa naraya saat melihat papah awan yang berdiri disana sendirian. Papah awan pun hanya membalas naraya dengan senyuman

"Awan mungkin bukan anak yang baik karena hobinya yang kurang bagus. Tapi saya bisa jamin kalo awan adalah teman yang baik terhadap teman temannya yang lain. Dia rela mempertaruhkan dirinya agar teman temannya yang lain selamat, dia juga sopan kok om sama guru guru yang lain meskipun agak tidak disegani sama beberapa guru yang mengetahui hobi buruk nya" jelas naraya, naraya paling sakit saat melihat mamah hanan dan papah awan. Mereka kehilangan anak satu satunya dan sudah kehilangan pasangan yang mereka sayangi.

"Terimakasih, naraya. Terimakasih telah menjadi teman awan, dan terimakasih telah memberitahu kan saya tentang awan" kata papah awan berterimakasih

"Saya sendiri jarang dirumah, dan awan sudah kehilangan mamahnya saat umurnya masih muda. Sepertinya karena rasa kehilangan dia menjadi seperti itu, tapi saya sangat bersyukur awan dapat mempunyai teman teman yang selalu ada untuknya saat saya sendiri tidak ada. Termasuk kamu, naraya. Awan pernah cerita kalau kamu yang selalu mengobatinya saat dia terluka dan tidak menghindar ketakutan seperti beberapa orang lain" lanjut papah awan

"Terimakasih, om. Semoga om bisa merelakan awan, dia disana sudah tidak kesepian lagi om. Sudah ada mamah sama teman temannya" kata naraya

"Sekali lagi, terimakasih naraya" kata papah hanan sambil menyeka air matanya.





Naraya pun kembali berjalan jalan mengitari pantai tersebut. Sesekali menghampiri beberapa teman dan orangtua korban. Dia juga menemui lana, kaluna, dan serena. Mereka tidak terlalu berbincang banyak karena isakan tangis memenuhi perbincangan.







"Ibu?" Panggil naraya kaget saat mendapati ibunya berdiri di situ

"Ibu tau kamu pasti bakal kesini" kata ibu, naraya hanya membalas ucapan ibunya dengan senyuman.

"I'm done, i think" kata naraya kepada ibunya

"Jangan I think dong. Kalo kamu beneran sudah bisa melepaskan yang yakin, jangan tidak yakin seperti itu" ucap ibu naraya sambil memandangi putri satu satunya itu

"Yeah, I'm done" kata naraya sambil mengangguk

"Good"

Surat untuk desember (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang