18. Angkasa

77 18 3
                                    

Angkasa lahir di keluarga dengan sebutan keluarga jenius. Ayahnya yang seorang kepala sekolah dengan prestasi berlimpah, bundanya yang seorang dosen teknik kimia, dan kakaknya yang masuk jurusan teknik kimia di salah satu kampus bergengsi.

Angkasa emang punya otak yang melibihi rata rata, tapi lebih pintar dari yofie/kaluna aja engga. Orang tua angkasa sendiri emang nggak menuntut angkasa menjadi yang terbaik, tetapi dorongan dari sekitarnya lah yang membuatnya bertekat untuk selalu mencoba melampaui batas kemampuannya.

[FLASHBACK] (angkasa pov)




"Wah, keren. Ayah sama bunda tau kakak bakal menang" sahut bunda asahi sambil memeluk anak sulungnya. Kakak angkasa tersenyum sambil menunjukkan piala emas dari lomba robotiknya.

"Nah, angkasa. Ayah yakin, kamu bakal bisa kayak kakak kamu atau mungkin bisa melampaui kakakmu" kata ayah angkasa yang merangkul angkasa. Angkasa pun hanya terdiam dan menyaksikan kedua orang tuanya yang sedang tersenyum bahagia sambil menyelamati kakaknya.








Itu adalah salah satu contoh dari dorongan sekitar yang dirasakan angkasa.






"Angkasa, kenapa kamu cuma dapat nikai 70? Ini aja gak kkm lho. Kakak kamu coba, di kelas saya dia tidak pernah mendapatkan nilai di bawah kkm, dapat di bawah 80 puluh saja tidak pernah. Kamu sebagai adiknya harusnya menjadikan kakakmu sebagai contoh" omel guru fisika angkasa saat membagikan hasil ulangan fisikanya. 'Lagi lagi kakak' batin angkasa.

Dia pun menatap kertas ulangannya dengan tatapan kosong. Dan sejak saat itu angkasa mulai berubah, kalau emang orang orang ber ekspektasi kalau angkasa lebih baik dari pada kakaknya. Maka angkasa membulatkan tekatnya untuk merealisasikan ekspektasi itu.

Pulangnya angkasa pun segera belajar dengan giat. Awalnya itu sebuah hal yang bagus, angkasa yang rela belajar mati matian supaya melampaui kakak dan kedua orang tuanya. Tetapi sikap angkasa yang mulanya ceria dan suka lelucon perlahan berubah. Angkasa menjadi sosok yang lebih pendiam, dan tidak suka lelucon. Bukan tanpa alasan dia berubah perlahan, dia hanya kelelahan dengan belajar yang ia lakukan setiap hari dan membuatnya berpikir tidak ada waktu untuk leucon.





"Angkasa, tante dengar kamu juara 3 osn kemarin ya?" Kata tante angkasa yang kini duduk disebelahnya. Angkasa pun mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Wahh, keren. Tapi kakak kamu dulu juara satu lho-"

"KAKAK LAGI, ANGKASA SAMA KAKAK ITU BEDA ORANG. KENAPA SIH GAK ADA YANG MAU NGE APRESIASI ANGKASA TIAP LOMBA? BUKAN APRESIASI YANG ANGKASA DAPET, TAPI SELALU DI BANDINGIN TERUS SAMA KAKAK" Potong angkasa emosi. Semua pun memamndang angkasa kaget dengan jawabannya. Angkasa yang terkenal di keluarganya seseorang yang sabar membuat semuanya kaget. Angkasa menaikan suaranya sedikit aja sesuatu yang amat jarang terjadi, tapi kali ini pertama kalinya semua anggota keluarga angkasa mendengarnya membentak.

Setelah itu angkasa pun pergi meninggalkan tempat tersebut dan berjalan ke kamarnya.



Di kamar angkasa sendiri dapat banyak tempelan kertas yang berisi ekspektasi ekspektasinya. Tidak lain dan tidak bukan, isinya hanya selalu menjadi yang terbaik.

Angkasa pun jalan ke arah meja belajarnya dan menarik kasar sebuah kertas yang tertempel di dindingnya dan menyobeknya dengan kasar lalu membuangnya. Kertas itu sendiri bertuliskan 'juara satu osn'

Kebanyakan orang mungkin bakal majang bukti dia menang osn juara 3, tapi tidak untuk angkasa. Dia justru menyembunyikan sertifikat tersebut di tempat yang jarang dia buka.



Semuanya tidak mebaik untuk angkasa saat memasuki sma, justru beban yang ia rasakan makin memberat. Lagi lagi kakanya, yang berhasil membuat hatinya ciut. Kakak angkasa masuk ke jurusan teknik kimia yang terkenal sulitnya dengan jalur sbmptn di salah satu kampus bergengsi di indonesia.

Surat untuk desember (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang