After: them

73 15 4
                                    

(This is me trying - taylor swift)




Lana

"Kak, keluar yok. Mamah beliin sesuatu nih" kata mamah lana setelah mengetuk kamarnya. Mamah lana sangat khawatir karena lana hanya keluar kamar untuk makan, itu saja jika lana benar benar dipaksa untuk makan.

"Kak, kalo kamu gak mau keluar setidaknya izinin mamah buat naruh ini di kamar ya?" Sahut mamah lana sekali lagi

Pintu pun terbuka, dan mamah lana bisa melihat muka anak sulungnya yang begitu murung dengan mata sembab.

Mamah lana pun menaruh nampan berisi makanan kesukaan lana di meja samping kasurnya.


"Kakak kalo gak mau cerita gapapa, tapi biarkan mamah bantu kakak kayak gini ya?" Kata mamah lana sambil memeluk putrinya. Tangisan lana yang sebelumnya sudah mereda kembali keluar deras

"Juanda itu anak yang baik, mamah suka dia. Mamah bisa liat juanda sayang banget sama kamu, tapi kalo juanda ngelihat kamu kayak gini terus gimana? Pasti dia sedih banget. Juanda sudah bahagia disana kak, kamu jangan bikin dia sedih ya?" Kata mamah lana sambil mengusap kepala anaknya

Begitulah keseharian lana selama beberapa bulan kedepan, penuh dengan tangisan dan tatapan kosong. Setiap hari dia membuka kembali ruang obrolan nya dengan juanda dan membaca ulang kata tiap kata yang sudah mereka tulis bersama. Foto foto yang mereka ambil bersama, ejekan yang mereka lontarkan di twitter, dan segala memori yang mereka habiskan bersama terus mengkoyak hati lana, lebih baik di ghosting atau diselingkuhin dari pada ini batinnya.


Masa kuliah bagi kebanyakan remaja yang lain adalah hal yang paling mereka tunggu tunggu, tapi tidak bagi lana. Semuanya tampak sama saja, tidak ada hal yang mengasik kan.

Lana tentu mendapatkan beberapa teman, bahkan banyak laki laki yang mendekatinya. Namun hatinya masih sakit karena kepergian juanda.

Meskipun lana mempunyai teman baru, lana tetap menghabiskan kebanyakan waktunya dengan kaluna dan serena terkadang dengan naraya jika dia kembali pulang dari kuliahnya yang berada di luar kota.

Dari mereka berempat, yang paling merasa sakit ditinggal ke 12 temannya adalah lana. Maka dari itu, serena dan kaluna mencoba sekuat mungkin untuk mengalihka perhatiannya ke hal yang lain. Susah memang, tapi lana juga paham soal dirinya yang harus menlajutkan hidupnya meskipun berat.








Kaluna


Tidak jauh beda dengan lana, kaluna pun sering menghabiskan waktunya megurung diri di kamar.
Kaluna dan jinan sudah berteman sejak mereka kecil, selalu erat dan tidak bisa dilepaskan.


"DEK, TIMEZONE SERU NIH!" Sahut kakak kaluna yang berdiri di depan kamarnya.
Kaluna bukan lah tipe orang yang suka melontarkan semua perasaannya, dia lebih suka memendamnya dan berolah seperti semuanya baik baik saja. Tapi tidak semua orang bisa terbodohi dengan itu, termasuk jinan dan kakak nya.

"GAK AH, MALES" Sahut kaluna menolak tawaran kakaknya, tapi kakak kaluna tidak sebodoh itu. Dia pun menyelonong masuk ke kamarnya dan melihat kaluna yang sedang duduk di kasurnya dengan tatapan kosong melihat ke bingkai fotonya dan jinan saat masih kecil.


"Mas, apa sih. Pergi sana" kata kaluna mencoba mengusir kakaknya

"Semua orang bisa lo bodohi, tapi itu gak bakal mempan ke gue sama jinan" jinan, nama yang kaluna sering hindari setelah kepergiannya.


"Lo jarus ikhlasin dek, dia udah lama pergi. Mendingan lo pusingin tuh tugas lo, udah tau masuk tekim tapi masih nge galau" kata kakak kaluna mencoba mengalihkan perhatiannya ke hal yang lain. Meskipun sudah lama kejadian tersebut, namun kaluna masin merasa tersakiti karena terus memendam perasaan tersebut

Surat untuk desember (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang