25. Pencerahan

54 13 1
                                    

"Gue kaget lo masih bisa keluar" tanya yofie

"Papa gue dinas keluar negri, terus sama mama gue dikasih ke longgaran" kata wildan menyengir

"Nyengir lu kuda, harusnya lo nurut bukan ngebantah" ceramah serena

"Dih, gue nurut ya. Orang mama gue ngomong gak papa. Lagian gue udah muak belajar bisnis" jawab wildan sambil mencomot pisang goreng yang gue bawa tadi

Gue, serena, hanan, wildan, yofie, jinan, sama dhanis lagi main dirumah gue. Tujuannya sih buat ngebersihin pikirannya wildan, aslinya mau bantu dimas juga sih. Tapi anaknya gak dibolehin keluar, jadi kita cuma bisa ngebantu wildan.

"Hubungan lo gimana sama livia?" Tanya serena mencomot pembicaraan

"Gak gimana gimana sih" jawab wildan. Kita pun mengangguk

"OH IYA, Gue mau nembak livia" sahut wildan antusias. Kita semua pun sontak ikut antusias dan pada heboh semua, kecuali satu

"Gak, jangan" kata hanan singkat

"Lah, napa?" Tanya wildan kebingungan

"You deserve someone better, wil" jawab hanan yang semakin membuat kita semua kebingungan

"Someone better gimana lagi anjiing? Livia mah udah better se better betternya" protes jinan

"Dia anak nya baik, sopan, seru. Kurang apa lagi coba?" Lanjut serena menjelaskan

"Lo sebenernya ada masalah apa sih sama livia? Gue dari dulu merhatiin lo kayak ada masalah sama dia" tanya wildan curiga. Gue sama dhanis aslinya pengen bantu jawab, tapi takutnya beda sama apa yang dimau hanan.


"Nan, gue tanya. Jangan diem mulu" sahut wildan yang menunggu hanan untuk buka suara. Hanan pun tetap terdiam

"Lo ada masalah apa sih sama anak sebaik livia?" Sekarang ganti jinan yang tanya

"Itu masalah gue, kalian gak perlu tau" jawab hanan yang akhirnya buka suara

"Tapi gue gak mau temen baik gue jadian sama orang kayak livia" lanjutnya

"Maksud lo gimana sih? Livia is the litteral definition of angel" jawab serena ikut tidak terima

"Dia munafik. Depan kalian aja dia baik, tapi lo gak tau aja kalo sama gue" jawab hanan

"Dah, lah. Gue cabut" pamit hanan dan langsung pergi meninggalkan kita



"Emang salah livia kalo papah lo lebih milih keluarganya dari pada keluarga lo?" Tanya wildan yang menghentikan langkah hanan. Gak cuma hanan yang shock, gue sama dhanis malah shock nya setengah mati.

Ternyata, waktu livia sama hanan berantem di parkiran, sebenernya ada wildan yang nyaksiin dari jauh. Waktu lihat hanan yang keluar terus di ikutin livia, gue, dhanis. Wildan pun curiga dan juga ikut buat merhatiin dari jauh.


"Hah? Gue gak paham" tanya serena kebingungan

"Shus" suruh yofie


"Livia gak ngapa ngapain, orang yang harusnya lo salahin ya papah lo" kata wildan menghampiri hanan, sekarang mereka lagi tatap tatapan

"Lo gak tau apa apa, jadi jangan ikut campur apa lagi nasehatin gue" jawab hanan dingin dan mecoba untuk pergi tapi dihalang oleh wildan


"Coba kasih tau gue salahnya livia apa, kalo masuk akal gue turutin" halang wildan

"Wil, gue gak mau ada masalah apa apa sama lo" kata hanan, tapi wildan tetep kekeuh gak mau minggir

Hanan pun menghela nafas panjang mencoba menenangkan dirinya

Surat untuk desember (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang