20. Hanan

62 18 0
                                    

"WOY, NAN!" Sahut dhanis yang mengejar hanan

Hanan pun tidak menggubris dan terus berjalan ke mobilnya.

"Anjing, kalo di panggil itu jawab" cegat dhanis yang sekarang berdiri di depan hanan

"Minggi, gue mau masuk mobil" jawab hanan ketus. Dhanis pun menghela nafas

"Yaudah, gue ikut" kata dhanis

"Terus mobil lo?" Tanya hanan

"Biarin, tadi nara juga ngomong mau pake mobil gue" hanan pun mendorong badan dhanis ke samping, dengan cepat dhanis berlari ke pintu satunya dan langsung masuk ke dalam mobil

"Kata siapa lo boleh ikut?" Tanya hanan yang masih sama ketusnya

"Ya lo rela ninggalin gue sendiri?" Hanan pun mengangguk

"Bangsat!" Umpat dhanis yang membuat hanan tersenyum kecil
Lalu hening, dhanis yang menunggu hanan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu dan hanan yang terdiam duduk tidak ada keinginan untuk menggerakkan mobilnya

"Dhan" panggil hanan memecah keheningan

"Hmm" jawab dhanis

"Lo gak marahin gue?" Tanya hanan kebingungan

"Gue gak punya hak marah kan? Ini masalah pribadi lo, meskipun lo cerita ke gue, gue juga gak tau keseluruhan ceritanya" hanan pun mengehela nafas dan menaruh kepalanya di setir mobil.

"Gue berlebihan ya tadi?" Tanya hanan

"Masih punya hati ternyata lo" canda dhanis dan dibalas pukulan kecil oleh hanan

"Ok ok, to be honest iya. Lo berlebihan, lo gak mikirin perasaan livi apa?" Tanya dhanis

"Gue gak tau antara dia tulus apa mau lebih ngancurin hidup gue" kata hanan kebingungan

"Well, livi ada benernya sih. Nan, apa dia salah?" Tanya dhanis yang membuat hanan tenggelam dalam pikirannya







[FLASHBACK] (hanan pov)



"YAUDAH KALO GITU CERAI AJA!"

"GAK, SAMPE KAPAN PUN AKU GAK MAU CERAI!"


Hanan pun mempererat pelukan gulingnya. Hanan terus menangis dengan seluruh badannya yang tertutupi selimut. 'Kenapa harus begini? Perasaan minggu lalu baru aja pulang liburan bareng. Tapi kanapa sekarang jadi beda?' Batin hanan yang menangis

"KAMU LEBIH PILIH AKU SAMA HANAN, APA PEREMPUAN ITU DAN ANAK HARAMNYA?"

*PLAK

"JANGAN PERNAH KAMU BILANG ANAK AKU ANAK HARAM"

"ITU KENYATAAN, KAMU UDAH NGEHANCURIN HIDUP AKU SAMA HANAN. JANGAN PERNAH BERHARAP AKU BAKAL RELA KAMU HIDUP BAHAGIA SAMPAI AKU MATI"

"TERSERAH, AKU GAK PEDULI. AKU AKAN HIDUP BAHAGIA SAMA MEREKA MESKIPUN TIDAK SECARA HUKUM!"

"KENAPA, KENAPA KAMU GINI? APA KARENA PEREMPUAN ITU?!"

"IYA, AKU CINTA PEREMPUAN ITU. MUNGKIN AKU BISA MEMENDAM RASA ITU JIKA TIDAK PUNYA ANAK DENGAN NYA, TAPI KARENA AKU PUNYA LIVIA. AKU TIDAK AKAN PERNAH KEMBALI KESINI"

"TERUS HANAN? APA DIA BUKAN ANAK KAMU?"

"DIA MASIH PUNYA MAMANYA"

"TERUS APA LIVIA GAK PUNYA MAMAH NYA?" Pertanyaan mamah hanan pun tidak di gubris oleh papah nya. Dengan itu papah hanan pun pergi meninggalkan rumah tersebut dengan membawa barang barangnya dan tidak kembali lagi

Surat untuk desember (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang