SELAMAT MALAM MINGGU!
Suasana rumah yang sebelumnya begitu menyenangkan menjadi penuh ketengangan dan emosi.
"Gimana keadaan Ara Shan?" tanya Anin setelah Shani memeriksa Ara yang pingsan."Nggak papa kok Nin, Ara cuma pingsan karena mengalami benturan kecil benda keras tadi kan." jawab Shani setelah mengobati dahi Ara yang memar.
"Kak Gre…."
"Hmm….."
"Aku obatin luka di bahunya ya." mohon Shani yang tak tega melihat kakaknya juga ikut terluka demi mempertahankan Chika.
"Gausah… Kakak cuma butuh tidur Shan!" tolak Gracia yang kini memejamkan matanya di sofa sebrang Ara.
"Nanti infeksi. Aku obatin!" Kekeh Shani yang kini sudah disamping Gracia dan mengobati bahu Gracia secara perlahan.
"Shan, Kak Gre, kalian berdua nggak mau njelasin kenapa Chika bisa dibawa si nenek itu? Chika bukan ---"
"CHIKAAAA… " teriak Ara ketika dirinya sadar dari pingsannya. Dan pusing seketika menyerangnya karena bangun tanpa perlahan.
"Ra, kamu nggak papa?" tanya Anin yang mengalihkan perhatiannya pada Ara yang memegangi kepalanya.
"Sedikit pusing aja Kak Anin. Chika mana Kak Anin, Kak Gre, Ci Shani?" tanya Ara balik.
"Chika udah dibawa pergi sama nenek lampir tadi. Dia bawa pistol dan ngancem Shani sama Anin bakal di tembak. Kakak nggak punya pilihan selain biarin Chika dibawa Ra." jelas Gracia.
"Aku harus susul Chika." ujar Ara yang ingin bergegas mencari Chika.
"Jangan bersikap bodoh Ra, mau bunuh diri kamu kalau udah berhasil nemuin Chika dimana?" marah Gracia yang kini memegangi kedua tangan Ara agar tak kabur.
"Ta….. tapi Chika sahabat Ara kak. Kak Gre nggak lupa kan, Chika punya penyakit jantung, dia nggak boleh melewatkan jadwal rutin minum obatnya." balas Ara sangat khawatir.
"Aku ngerti Ra. Tapi kita nggak mungkin bisa cari Chika sekarang yang entah dibawa kemana. Nggak mungkin juga kita keliling Jakarta. Jakarta luas Ra." ujar Gracia bersikap tenang. Ia juga khawatir. Tapi sebagai kakak, ia tak boleh rapuh.
"Kak Gre, Shan, kalian belum jawab pertanyaanku tadi." atensi Gracia kini menatap Anin.
"Chika bukan adik kandung aku sama Shani. Aku dan Shani nemuin Chika menangis di keranjang bayi di depan pintu rumah kami dulu. Hanya kalung yang dipakai Chika sebagai identitas dia."
"Walaupun Chika bukan adik kandung, Aku dan Shani sangat menyayangi hingga dia jadi gadis cantik primadona sekolah." tambah Gracia sedikit tertawa miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - END
FanfictionCinta bukanlah api asmara yang membara Kehangatan angin yang bagai cahaya matahari Oh, cahaya yang panjang, selama nafas berhembus Tanpa perlu ditahan, teruslah engkau bersinar Di malam ketika tak berbintang sekalipun Kau pasti merasakan sesuatu di...