Shani, Gracia dan Fiony telah sampai di depan ICCU tempat Chika ditangani. Mereka berlari dari depan lobby hingga ke lantai 3 agar segera menemui Chika yang jauh dari kata baik - baik saja.
"Mau apa kalian?"
Ketiganya langsung memberhentikan langkah mereka ketika ucapan pedas dari wanita yang sudah memasuki usia renta itu.
"Saya Dokter Shani. Dokter spesialis jantung yang menangani pasien atas nama saudari Chika." ucap Shani yang terdengar lantang dan menunjukkan ID Card yang menyatakan ia dokter spesialis jantung.
"Saya tidak mau berbasa - basi Dokter Shani, saya mau kamu urus segera surat kepindahan cucu saya dari rumah sakit ini ke Jerman yang mumpuni dalam transplantasi jantung!" perintah Amanda cepat.
"Tapi maaf Ibu Amanda, pasien harus dalam kondisi stabil ketika dibawa dalam penerbangan jarak jauh." sela Shani yang begitu paham kondisi Chika. Bukan ia tak mau Chika pergi dari pandangannya, tapi memang ia tak bisa sembarangan mengijinkan pasien keluar dari rumah sakit dalam kondisi yang masih gawat tanpa penanganan memadai.
"Lalu apa kamu mau bertanggungjawab jika cucu saya mati karena terlambat mendapat penanganan? Saya bisa tuntut rumah sakit ini jika sampai itu terjadi!" bentak Amanda tak terima.
Shani yang mendengar bentakan itu hanya bisa memejamkan matanya sebentar untuk meredakan emosinya. Bagaimana mungkin ia akan membiarkan adiknya mati? Jika ia tak bisa menyelamatkan adiknya, semua kerja kerasnya akan percuma dan merasa tak layak atas gelar dokter yang ia junjung sekarang.
"Tolong bersikap lebih sopan Bu. Ini rumah sakit." ucap Gracia memberanikan diri secara tidak langsung membela adiknya.
"Kamu tak perlu ikut campur!" hardik Amanda.
"Dokter Shani seharusnya tau dengan siapa anda berhadapan sekarang! Atau justru anda tidak tau kalau aset kecil ini (re : Rumah Sakit Gandaria/ tempat Chika dirawat) ini adalah milik saya?" tanya Amanda terdengar begitu ingin memblowup kekayaan yang ia miliki.
Gracia dan Shani cukup terkejut mendengar penuturan Amanda bahwa selama Shani ini Shani bekerja pada nenek peyot yang suka diktaktor ini.
"Dokter Shani?"
"Baik, saya ijinkan Chika untuk di pindah rumah sakit diluar negeri untuk segera melakukan transplantasi jantung." putus Shani akhirnya. Ia tau pilihannya cukup beresiko. Tapi tak mungkin jika ia terus keras kepala akan dampak besar yang bisa saja menerimanya tanpa ia duga - duga.
"Tapi bolehkah saya dan kakak saya melihat Chika sebentar sebelum Chika pindah? ucap Shani memohon ijin dengan bergetar.
Tak pernah seumur hidup Shani bahwa gadis yang sedang berjuang dalam ICCU sana, ia harus meminta ijin bertemu, padahal sebelumnya ia bisa puas menatapnya tanpa gangguan siapapun. Meskipun bukanlah adik kandung tetapi berpisah dengan Chika adalah cukup menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - END
FanfictionCinta bukanlah api asmara yang membara Kehangatan angin yang bagai cahaya matahari Oh, cahaya yang panjang, selama nafas berhembus Tanpa perlu ditahan, teruslah engkau bersinar Di malam ketika tak berbintang sekalipun Kau pasti merasakan sesuatu di...