Waktu seperti roda yang permukaannya kasar, menggelinding di tempat yang juga tak rata. Terasa lambat dan tak menyenangkan, namun tahu-tahu, sudah terlewat begitu saja.
…Tak terasa menjelang jam makan siang, kedua lelaki berbeda generasi itu masih saja berdebat di ruang meeting.
"Pa, Vino udah nggak mau kalau harus ngemis ke nenek peyot itu lagi." ucap Vino yang menolak usulan papanya agar bisa membujuk Amanda menaruh sahamnya kembali ke Mahesa Grup.
"Terus kamu pikir gaji karyawan itu gimana bayarnya Vino? Jangan egois." marah Yudha pada Vino yang masih keras kepala.
"Pa, dimana harga diriku sebagai laki - laki kalau aku harus mohon sama perempuan. Aku malu Pa!"
"Omong kosong soal harga diri Vino, kamu harus bisa memikirkan keberlangsungan perusahaan ini. Hidup mati kita ada di pertaruhkan disini."
"Udah cukup Pa, aku nggak butuh lagi semua ini. Karena semua ini bukan passionku. Aku capek jadi boneka Papa." balas Vino akhirnya mengeluarkan unek - uneknya yang selama ini dipendam cukup lama.
PLAK!
"MAU JADI APA KAMU HIDUP TANPA UANG PAPA VINO YUDHA MAHESA!"
"Kamu mau mundur?" tanya Yudha memastikan karena ia tau ancaman itu selalu manjur.
Vino yang masih berusaha menahan emosinya lekas cepat - cepat mengeluarkan semua fasilitas yang Papanya berikan selama ini, black card, beberapa atm, kunci mobil ia serahkan di tangan papanya.
"Vino nggak akan pernah pakai fasilitas Papa lagi, jadi jangan usik semua hal yang Vino lakuin Pa. Vino pamit." Setelah nya Vino lalu berbalik berjalan menuju pintu lobby perusahaan.
Ia sudah tak peduli jika beberapa karyawan memperhatikan menatapnya iba dengan kemeja dan dasi yang sudah tak terpasang rapi, nyatanya Vino adalah orang yang memperhatikan penampilannya.
"Anak itu benar - benar keras kepala seperti Mamanya." batin Yudha menatap kepergian Vino tanpa sedikitpun merasa bersalah.
"Kita liat Vino, apa kamu bisa hidup tanpa uang Papa sepeserpun." ucap Yudha pelan.
"Maaf Pak Yudha, apa itu nggak keterlaluan membiarkan Pak Vino nggak bawa uang sepeserpun?" tanya salah satu OB yang tak sengaja mendengar perdebatan anak dan ayah karena harus membereskan ruang meeting.
"Jangan ikut campur urusan keluarga saya, atau pekerjaan kamu yang hilang." gertak Yudha lalu bergegas membawa barang - barangnya keluar dari ruang meeting.
💫💫💫
Dilain tempat, sebuah restoran bintang lima yang menggunakan konsep fine dining itu masih saja terlihat sepi karena belum memasuki jam buka restoran.
Tok tok tok
"Silahkan masuk."
"Permisi Pak Mario, ada yang ingin bertemu dengan Bu Gracia di Jam 9 hari ini."
"Kamu sudah ke ruangannya Bu Gracia?" tanya Mario merasa heran karena tak biasa pelayan restoran menghampirinya jika bukan karena perintah Gracia.
"Ruangan Bu Gracia masih terkunci sejak saya datang hingga sekarang Pak. Saya juga tidak melihat mobil Bu Gracia." jawabnya.
"Baik, suruh beliau tunggu 15 menit ya biar saya bisa siapkan materinya." putus Mario.
"Baik Pak." ucapnya lalu meninggalkan ruangan Mario.
Mario langsung bergegas mengambil handphonenya untuk menelpon Gracia sambil tak lupa ia membaca bahan yang akan dipresentasikan Gracia. Hanya Mario dan Gracia lah yang bisa membuka dokumen itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - END
Hayran KurguCinta bukanlah api asmara yang membara Kehangatan angin yang bagai cahaya matahari Oh, cahaya yang panjang, selama nafas berhembus Tanpa perlu ditahan, teruslah engkau bersinar Di malam ketika tak berbintang sekalipun Kau pasti merasakan sesuatu di...