"Apa orang kamu cinta itu juga akan mencintai kamu seperti aku?" tanya Fiony kemudian memejamkan mata, bersiap dihantam kenyataan pahit sekali lagi."Aku ga yakin."
Jawaban Gracia reflek membuat Fiony membuka matanya kembali dan menatap Gracia penuh tanya.
"Kenapa bisa?" tanya Fiony kaget mendengar jawaban Gracia.
"Seseorang itu yang nggak akan pernah kamu sangka sama sekali." balas Gracia tenang. Ia tak mau sampai orang lain yang menyukainya menghakimi orang yang ia cintai.
"Haha....Dia sungguh beruntung Gre, bisa dicintai orang sebaik kamu." ucap Fiony dengan sedikit tertawa miris mengasihani perasaannya.
"Fio, nantinya kamu juga akan sama beruntungnya bisa di cintai orang yang benar - benar mencintai kamu tanpa pamrih. Tapi orang itu bukan aku." ucap Gracia menatap Fiony. Ia merasa bersalah tapi ia juga tak bisa memaksakan perasaannya mencintai Fiony.
"Aku gapapa Gre, kamu nggak perlu khawatirin perasaanku." lirih Fiony yang menangis hebat memeluk erat Gracia dan meluapkan semuanya.
💫💫💫
Di lain tempat, Di salah satu toilet SMA Binar Mutiara, Ara masih mendekat pada Chika, memepetnya ke tembok kemudian menaruh kedua tangannya di sisi kepala Chika. Tubuh keduanya hampir saja menempel.
"Kenapa harus kayak gini sih Ra?" tanya Chika. Ia bosan menunggu sedari tadi memberikan kesempatan Ara untuk berbicara tapi nyatanya Ara hanya diam sejak sepuluh menit lalu ditarik paksa ke area toilet.
"Kamu masih bisa tanya kenapa Chik? Apa yang kamu lakuin kemarin, kamu nggak mikirin perasaan aku? Aku sakit hati Chik! Sakit!" bentak Ara dan menepuk dadanya keras.
"Maaf Ra, aku nggak punya pilihan selain nurutin apa maunya Oma Amanda. Oma Amanda ngancem aku, kalau aku gak turutin keinginan dia, dia bisa gampangnya nyuruh orang buat membuat Kak Gre dan Ci Shani menderita." lirih Chika menatap takut Ara yang memperlihatkan kemarahan padanya.
"Tapi kenapa kamu nggak mau jujur sama aku Chik? Kenapa kamu nggak ngomong kamu bakal tunangan sama kakak kandungku sendiri? Hah? Kenapa?" teriak Ara meluapkan kesedihan, kecewa dan kemarahannya yang ia pendam sejak ia pulang dari rumah Chika.
"Aku cuma mau menikmati hari - hari terakhir aku bahagia bareng kamu sebelum aku berpisah sama kamu karna keadaan Ra." balas Chika menatap Ara meskipun air matanya terus mengalir di kedua pipinya.
"Ya, kamu bener, kamu menikmati kebahagiannya. Tapi sekarang aku sejatuh - jatuhnya Chik." lirih Ara kini meluruhkan tubuhnya. Ia tak sanggup.
"Ara, aku nggak mau kita jadi musuhan setelah ini. Aku ingin kita terlihat baik - baik aja." pinta Chika yang ikut meluruhkan tubuhnya.
"Tapi aku nggak sanggup Chik..." lirih Ara. Perasaannya benar - benar kacau.
"Ara pasti bisa..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - END
FanfictionCinta bukanlah api asmara yang membara Kehangatan angin yang bagai cahaya matahari Oh, cahaya yang panjang, selama nafas berhembus Tanpa perlu ditahan, teruslah engkau bersinar Di malam ketika tak berbintang sekalipun Kau pasti merasakan sesuatu di...