POV Ara"Lepasin gue bangsat!" teriakku pada orang - orang berbadan kekar yang menarikku begitu kasar menuju mobil.
Seolah tuli, akhirnya mereka berhasil membawaku jauh dari rumah kekasihku atau secara semesta adalah mantan kekasihku karena hari ini adalah pertunangannya dengan kakak kandungku. Vino Yudha Mahesa.
Dalam perjalanan di mobil, aku hanya bisa terdiam karena lelah berteriak sedari tadi dan percuma karena hanya mau mendengar perintah orang yang rasanya sudah malas ku sebut sebagai 'Papa'.
Sepuluh pengawal Papaku yang menyeretku tadi, sudah membawaku menuju kamar lamaku. Iya kamar masa kecilku hingga menjelang usia 16 tahun sebagai bagian dari keluarga Mahesa sebelum aku diusir keluar dari rumah ini.
"Nona Ara hanya boleh keluar jika Tuan Yudha mengijinkan, saat jam makan dan pergi ke sekolah." perintah salah satu pengawal kepercayaan Papa sebelum ia mengunci kamarku.
Iya, aku terkurung dalam kamarku sendiri. Rasanya tak biasa karena aku bukanlah anak rumahan seperti Kak Vino yang sangat suka berdiam diri di rumah jika tak ada urusan kantor.
Kamarku ini masih sama seperti sebelum ku tinggalkan. Bahkan aroma kamar pun tidak berubah meskipun aku meninggalkan kamar ini setahun lamanya.
Setelah bersih - bersih, aku tak sengaja menatap figura foto keluargaku di perayaan ulang tahun terakhir saat usiaku menginjak usia 15 tahun.
Begitu dekat dan terlihat manis.
Satu Tahun Sebelumnya
Saat itu, kedua orang tuaku bahkan Kak Vino yang biasanya sibuk dengan urusan luar mereka, hari itu mereka memutuskan mendekor pesta ulang tahun yang aku ingin rayakan di rumah saja.
"Ciee bentar lagi SMA nih, mau kado apa dari kakak?" ledek Vino saat aku baru saja turun dari kamarku yang terletak di lantai dua.
"Yacth"
"Wah ngelunjak lu dek, minta kadonya bukan lagi jual ginjal tapi jual jantung gue dek!" pekik Vino tak menyangka jika adiknya akan menjawab sesuatu di luar dugaannya.
"Hehe.. Bercanda atuh! Jangan seneng gitu ekspresinya tau karna adek minta hadiah yang realistis kan?" goda Ara sampai tertawa terbahak - bahak.
"Gue jual lo ke pasar loak!" ejek Vino lagi.
"Murah dong gue?"
"Iya murah soalnya minta nya ngadi - ngadi sih." balas Vino tak kalah sengit
"Haha yaudah deh minta kenalin aja ke pacar lo. Katanya udah pacaran lama tapi gak pernah dibawa ke rumah." bujuk Ara agar tak semakin membuat Vino menjadi kesal.
"Gimana ya jawabnya? Kepo lo bocil!" ucap Vino dan mengacak - acak rambut Ara lalu kabur sebelum kena semprot Ara.
"Semoga dia gak menyesal kak jadi pacar lo!" teriak Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - END
Hayran KurguCinta bukanlah api asmara yang membara Kehangatan angin yang bagai cahaya matahari Oh, cahaya yang panjang, selama nafas berhembus Tanpa perlu ditahan, teruslah engkau bersinar Di malam ketika tak berbintang sekalipun Kau pasti merasakan sesuatu di...