8

1.1K 212 65
                                    


Dari balik kaca jendela apartemennya, Lena memandangi gerimis yang turun di antara sinar matahari, mengilap, berbias oranye di semesta pagi ini. Jarinya bergerak di kaca, mengukir nama kedua orangtua yang selalu dia rindukan tiap kali hujan datang. Dia memeluk bingkai foto erat-erat dalam kesunyian, tak ada suara kecuali bunyi detik jam menempel di dinding, membentur lalu memantul ke penjuru ruang.

Kematian kedua orangtua dalam kecelakaan lalu lintas di penghujung musim panas sembilan belas tahun lalu, membuat masa remajanya gelap dan menyedihkan. Dia baru genap dua belas tahun, merasa belum siap menerima takdir Tuhan yang begitu mendadak, terlalu menyakitkan untuk dipikul anak seusianya. Rinai bening mulai berjatuhan dari kedua mata Lena yang merah dan kesat, seraya kembali meratapi foto keluarganya.

"Lena, apa kau mau ikut kami dan tinggal bersama di Seoul?"

Kalimat orangtua Namjoon puluhan tahun lalu kembali terngiang, entah apa yang akan terjadi padanya andai dulu dia tidak ikut ke Seoul tapi ikut adik tiri ibunya ke Jepang.

Lena menghela napas panjang, pandangannya kini beralih pada rak buku samping sofa, penuh dengan novel-novel yang Namjoon hadiahkan untuknya. 

Si kutu buku itu memaksanya rajin membaca padahal dia tidak suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si kutu buku itu memaksanya rajin membaca padahal dia tidak suka. Namjoon memang menyebalkan, batinnya. Buku favoritnya adalah, Into the Magic Shop, buku yang dulu membawanya bertemu dengan Taehyung.

"Taehyung, kalau di dunia ini benar-benar ada Toko Sihir yang bisa menukar barang dengan kebahagian, kira-kira barang apa yang ingin kau tukarkan?"

"Tidak ada, hidupku sudah bahagia."

Lena tersenyum samar mengingat jawaban Taehyung, jalan hidup pria itu memang sangat menajubkan. Berbanding terbalik dengan kehidupannya, jadi ketika Namjoon bertanya di ulang tahunnya yang ke enam belas saat menghadiahi buku itu kepadanya....

"Lena, kalau di dunia ini benar-benar ada Toko Sihir yang bisa menukar barang dengan kebahagian, kira-kira barang apa yang ingin kau tukarkan?"

"Bukan barang, tapi aku," katanya. "Aku ingin menukar diriku dengan ayah dan ibu."

"Bagaimana bisa kau mengatakan itu, padahal kau adalah kebahagiaan semua orang."

Lena kembali tersenyum bersama perasaan lebih hangat, dia meletakkan foto orangtuanya di samping fotonya bersama Namjoon. Foto diambil di hari pertama mereka bertemu, tiga bulan setelah orangtuanya meninggal. Ayah Namjoon, Kim Jaehyun, sahabat baik ayahnya, mengambil alih hak asuh atas dirinya yang awalnya dia tentang.

"Kau benar-benar tidak mau ikut ke Seoul dan memilih pindah ke rumah paman Shuichi di Hokaido?" tanya Namjoon waktu itu.

Lena bungkam, pikirannya terlalu semrawut untuk menjawab pertanyaan yang sama dari Namjoon. Dia tidak mau ke mana-mana, hanya mau di Daegu, di rumahnya.

Love Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang