"Hujannya belum reda juga," Lena memandangi hujan salju yang terus turun. "Ada kedai minuman di dekat sini, mau ke sana sebentar?"
Pandangan mereka bertemu, Taehyung membiarkan remah-remah kenangan menghujani jarak bentang di antara mereka. Untuk kesekian kali dalam hidup Kim Tae Hyung, dia kembali terjebak dalam bayang-bayang cinta pertama yang selama ini mempengaruhi hidupnya terlalu banyak.
Taehyung tertunduk dan terkesiap saat menatap cincin pertunangannya, dia yang hampir saja mengangguk setuju seketika menggeleng lemah.
"Tidak," kata Taehyung.
"Kau tidak mau minum?"
"Hhmm." Taehyung menggeleng lagi, lebih lemah dari sebelumnya.
Terjadi kebisuan yang kaku di antara mereka.
"Aku melamar pekerjaan pada temanmu Seokjin, tidak apa-apa 'kan?"
"Ya, kau bisa bekerja di mana pun yang kau mau, tidak perlu bertanya pendapatku."
"Biasanya kau selalu marah kalau aku tidak—" kalimat Lena berjeda, tenggorokannya terasa kering.
"Pulanglah dan istirahat," ucap Taehyung, lirih dan rendah.
"Kau mau pergi?"
"Ya, dia sudah menungguku terlalu lama," jawab Taehyung, mendapati wajah Lena berubah keruh.
"Pacarmu?"
"Hhmm," Taehyung mengangguk samar. "Mau aku pesankan taksi?"
"Tidak perlu, aku bisa mengurusnya sendiri."
"Baiklah, hati-hati." Taehyung menarik kakinya yang terasa berat, berusaha sekuat tenaga agar tidak berbalik untuk melihat dunianya yang tertinggal di belakang sana.
Taehyung bersandar di balik kursi kemudi, berdiam diri. Tadinya dia membayangkan kalau malam ini akan ada di restoran bersama Sera, sebaliknya, justru sosok Ahn Lena yang muncul dipikiran. Memori samar tentang mantan kekasih perlahan tergambar jelas, sepuluh tahun lalu di toko buku di area perpustakaan kota, Taehyung bertemu Lena pertama kali. Gadis itu terlihat ceria dan menyenangkan di awal pertemuan mereka, insiden memilih buku yang sama mengantarkan mereka pada sesi perkenalan.
"Into the Magic Shop, kau juga penggemar buku ini?" tanya Lena waktu itu.
"Ya, buku yang bagus."
"Kakakku penggemar buku ini juga, tahun lalu dia memberikannya padaku sebagai hadiah ulang tahun."
"Dan sekarang kau membelinya lagi?" Taehyung mengernyit, sementara Lena tergelak sambil membekap buku itu di depan dada.
"Jangan bilang kalau kau juga sudah punya?"
"Ya, tapi tertinggal di London."
"Ah, sudah kuduga kau bukan orang Korea."
"Well, tidak sepenuhnya benar. Ayahku Korea, ibuku setengah—entah berapa negara yang mengalir di garis keturunannya."
"Tapi kau terlihat benar-benar seperti turis."
"Hhmm, yah, cara bicaraku memang sedikit tercemar."
Taehyung menertawakan aksen Koreanya yang aneh, matanya yang sipit tersisa tinggal segaris. Sosok menjulang Taehyung yang awalnya terlihat dingin, berubah jadi hangat dan bersahabat.
"Kalau begitu buku ini untukmu." Lena memberikan buku itu pada Taehyung, sambil mengulurkan tangannya. "Ahn Le Na, kau?"
"Kim Tae Hyung." Taehyung menyambut uluran tangan itu dan mereka berjabat tangan. "Senang berkenalan dengan sesama penggemar James Doty," tukasnya dengan senyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not Over
FanfictionDi usia 33 tahun, Kim Taehyung, seorang pengacara sukses dan terkenal, didesak menikah oleh ibunya. Dia dijodohkan dengan anak teman sang ibu, Cho Sera, di masa kecil mereka sempat kenal tapi keduanya sama-sama sudah tidak ingat. Awalnya perjodohan...