3

2K 335 189
                                    



Pukul delapan pagi keesokan harinya, berbekal keyakinan seadanya Sera berangkat ke kafe Serendipity, yang dia pilih untuk ketemuan dengan Taehyung. Pria itu sudah sampai di kafe lebih dulu dan duduk di bangku baris kedua, dekat dinding kaca yang berembun.

Sera meremas kedua tangan di bawah meja, memutar cincin di jari manis untuk mengusir gugup. Sejak kedatangannya delapan menit lalu, Taehyung belum bicara sepatah kata, pria itu hanya memandanginya lurus-lurus, persis seperti Assasain yang kapan pun siap menebas batang lehernya.

Sera yang awalnya ingin sekali menikmati kopi dan kue di kafe itu, seketika kehilangan selera dan memilih menunduk karena tatapan Taehyung terasa terlalu mengintimidasi. Rasa-rasanya dia ingin sekali berteleportasi.

Kemudian, suara berat Taehyung dalam intonasi yang sangat tegas mengintrupsi dirinya.

"Apa yang ingin kau bicarakan padaku, Cho Sera?"

Sera seketika mengangkat kepala, dia gugup setengah mati, semua tatanan kata yang sudah dirangkainya di dalam bus waktu hendak berangkat ke kafe hilang tanpa sisa. Di telinga Sera, kalimat Taehyung bahkan terdengar seperti "Ada yang ingin kau sampaikan untuk pembelaan, Cho Sera?" seolah-olah mereka tengah berada di ruang persidangan. Sera seperti terdakwa yang sebentar lagi divonis hukuman seumur hidup, karena telah mencakar wajah tampan kekasihnya.

"Waktuku tidak banyak, ada persidangan." Taehyung melirik Rolex deepsea drewler yang melingkari pergelangan.

"Maaf." Kata yang terlalu sering Sera pakai tiap kali merasa bersalah, karena membuat hidup orang lain terganggu oleh keinginannya.

Taehyung tidak menanggapi, dia memilih menikmati kopi yang tersaji di depannya.

Sera berdehem, lalu meneliti kopinya sendiri. Espresso itu terlihat sangat enak, wanginya sudah menggoda penciuman sejak tadi. Lalu, saat Taehyung hampir meletakkan cangkir kopinya kembali ke meja, Sera buru-buru menyambar cangkir kopinya sendiri dan meminumnya cepat-cepat.

"Begini—"

Kalimat Sera terhenti saat tanpa diduga Taehyung mengulurkan tangan ke arahnya, mengusap sisa kopi yang tertinggal di ujung dagu dengan ibu jari. Sera termangu, seluruh aliran darahnya naik dan mendarat di kedua pipi.

"Tentang pertunangan kita—" Sera berhasil mengontrol dirinya. Taehyung masih diam, jadi dia melanjutkan. "Kau bilang mau menyelesaikan, tapi kenapa tiba-tiba menyetujuinya?"

"Aku berubah pikiran."

"A-apa?"

"Kalau kita menolak perjodohan ini sekarang, ibuku tidak akan tiba-tiba berhenti dan menyetujui. Kau mungkin belum tahu, ibu akan melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya," ujar Taehyung, tenang dan terukur. "Jadi lebih baik kita mencoba melanjutkannya."

"Kenapa—apa?" Sera lunglai meski dia sudah menduga jawaban Taehyung.

"Jika pada akhirnya kita memang tidak cocok, aku—kita akan membatalkannya dan kupastikan ibuku tidak akan memaksa lagi."

Sera bergeming.

"Kau sudah punya pacar?" tanya Taehyung, nada suaranya terlalu datar.

Sera menggeleng.

"Punya seseorang yang kau sukai atau yang menyukaimu?"

Sera menggeleng lagi.

"Kalau begitu, tidak masalah kalau kita mencobanya, bukan?"

Sera menyerah, dia takut membantah Taehyung, bahkan Sera takut pada semua hal di dunia ini.

"Ada lagi yang ingin kau bicarakan?"

Love Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang