9

1.4K 273 131
                                    

"Harabeoji (kakek)!"

Sabtu sore itu Bomi muncul di pintu ruang kerja Junhan, langsung berlarian memeluk sang kakek yang terkejut karena dapat kunjungan dadakan. Junhan tersenyum dan memberikan pelukan paling lebar.

"Halo Ayah, maaf mengganggumu." Jimin muncul di belakang. "Bomi habis cabut gigi dan memaksa mampir ke sini."

"Tidak perlu sungkan begitu, Bomi 'kan cucu ayah," kata Junhan. "Ayo, masuk dan duduklah dulu."

Pintu ruangan terbuka lagi, Cho Sera berdiri di muka pintu dengan muka tegang.

"Oh, Jimin Oppa?" Sera tampak tidak siap, masih berdiri di pintu. Dia semakin terkejut saat melihat Bomi duduk di pangkuan Junhan. "Oh, Bomi—apa dia sakit?" tambah Sera pada Jimin yang dijawab dengan gelengan singkat.

"Sera Eonni (kakak) annyeong... Bomi abis cabut gigi, terus Bomi ngak nangis loh," ujar Bomi, memamerkan dua gigi depan yang sudah ompong.

"Wah, Bomi hebat ya," Sera mengambil posisi duduk di depan Jimin.

"Kata ibu, Bomi tidak boleh menangis."

"Kalau Bomi merasa sakit boleh nangis kok, tidak ada salahnya menangis kalau—" Sera menggantungkan kalimatnya, menyadari jika tatapan semua orang tertuju padanya.

"Cabut giginya pakai anastesi lokal, jadi tidak ada rasa," sahut Jimin, menggagalkan kecanggungan yang nyaris menyelimuti mereka.

Ketiganya ngobrol lagi selama sepuluh menit sebelum Jimin berpamitan, sambil menggandeng Bomi dia mengucapkan salam perpisahan untuk ayah mertua lalu Sera menemani mereka sampai lobi atas izin Junhan.

"Mau pulang sama-sama?" kata Jimin. "Aku bisa menunggu kalau tidak terlalu lama."

"Aku masih harus kerja sampai jam enam, sekarang masih jam empat kurang dua belas menit."

"Ah, sayang sekali."

Jimin tersenyum hingga matanya tinggal segaris, membuat Sera jadi termangu. Bagi Sera senyum Jimin selalu terasa hangat, mengantarkan suka cita ke dalam lubuk hati terdalam.

"Ayah—" Bomi menarik-narik lengan Jimin. "Ada Reeya—Kim Reeya! Annyeong!" Bomi berteriak, menunjuk-nunjuk ke arah anak perempuan berbaju pink dengan bando kupu-kupu di depan meja resepsionis.

Jimin mengikuti arah telunjuk Bomi, otomatis dia tersenyum pada Reeya dan pria tinggi di sebelahnya. Akan tetapi, ada sosok lain yang membuat Jimin buru-buru melihat Sera, lalu kembali pada gadis berambut cokelat terang yang berdiri bersama Seokjin.

"Lena?" sapa Jimin ketika mereka sudah berhadapan. "Lama tidak bertemu," sambungnya, memeluk Lena singkat.

Bomi dan Reeya sudah sibuk berdiskusi tentang gigi Bomi yang hilang dua buah, tidak terlalu peduli pada empat orang dewasa yang kini saling lirik satu sama lain.

"Apa kabar, Jim? Oh, dia pacar barumu?" kata Lena, menunjuk Sera sambil tersenyum.

"Bukan!" sahut Sera cepat-cepat, mengibas-ngibaskan tangan kirinya dan melihat ke arah Jimin.

"Eyy... Lena, jangan asal bertanya, Sera jadi tidak nyaman." Jimin buru-buru berkomentar. "Sera, kenalkan ini Lena dan Seokjin."

"Halo," Sera menundukkan kepalanya singkat.

"Aku seperti pernah melihatmu sebelumnya—" Lena mengernyit, memandangi Sera lekat-lekat, "—tapi di mana ya?"

"Mungkin kau pernah melihatnya saat menemani Gyuri ke sini," ujar Jimin pada Lena. "Sera ini asisten paman Junhan."

Love Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang