2

1K 208 52
                                    

👑 🌹 👑
Ini Ahn Le Na ⬇️⬇️⬇️

👑 🌹 👑Ini Ahn Le Na ⬇️⬇️⬇️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Satu kalimat Seokjin yang menyudutkan dirinya terus terngiang di kepala Lena, membayangi langkahnya sementara dia melewati pintu kaca otomatis sebuah rumah sakit siang itu.

Memangnya apa salah Sera padamu?

Seokjin menuduhnya tidak mampu mengikhlaskan, dia terobsesi pada mantan pacar dan berlagak menjadi pihak yang ditinggalkan. Pikirannya seketika melompat pada tawaran Sera tempo hari, gadis itu datang sendiri dan dengan bodoh menyerahkan Taehyung untuknya.

Dia hanya menerima peluang yang selama ini mustahil didapatkan semenjak putus dengan Taehyung dua tahun silam, terlalu tinggi hati untuk saling sapa dan memperbaiki hubungan. Sekali lagi Lena tegaskan, Sera yang menyerahkan Taehyung bukan dia merebutnya.

Lantas salah Sera dimana? Tentu saja, terlalu bodoh dan naif. Sera bermain-main dengan perasaan lalu menyesalinya, atau Sera benar-benar tidak sehat secara mental dan berbuat seenaknya, mempermainkan dia dan Taehyung.

Aku tidak bersalah, umpat Lena marah kepada diri sendiri sambil mengantri di depan meja resepsionis. Dia dimanfaatkan oleh Sera dan memicunya menggali luka lama dari kecelakaan orangtuanya. Lena tahu bukan Sera yang membunuh ayah dan ibunya, teapi gadis itu secara tidak langsung menanamkan kebencian dengan semua rencana busuk pesta lajang.

"Ada yang bisa kami bantu, Nona?" tanya resepsionis dari balik meja keramik setinggi dada.

"Aku Ahn Lena, ingin menemui pasien Cho Honggi."

Lena mendatangi rumah sakit jiwa Busan demi melihat Honggi secara langsung, meyakinkan dirinya bahwa pria tua itu benar-benar tidak waras. Sejujurnya tidak ada lagi Honggi dalam ingatan atau pun rasa marah sebab kematian orangtuanya, semua terasa mengganjal di hati semata-mata karena Sera, yang entah bagaimana membuatnya gelisah dan kesal dalam waktu bersamaan.

"Maaf Nona, apa anda anggota keluarga pasien?"

"Ya—bukan, tapi aku masih kerabatnya," jawab Lena asal, tersenyum meyakinkan.

"Kami butuh kartu identitas untuk proses verifikasi."

Sial, batin Lena, sementara staf rumah sakit itu menunggu dengan tidak sabar.

"Jika tidak ada, maaf kami tidak bisa mengizinkanmu menjengguk pasien. Permisi, silakan Tuan, anda selanjutnya."

Petugas meminta Lena menyingkir, pasien yang berdiri di belakang Lena memandanginya sebentar sebelum berbicara setengah berbisik pada staf perempuan itu.

"Atas nama nyonya Hwang Minjung."

Lena bisa mendengar yang dikatakan pasien itu, pria bertubuh tegap dalam balutan pakaian formal. Dia merasa familiar dengan nama yang disebutkan, mengingat-ingat di mana dia pernah mengetahui nama itu.

Love Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang