chapter 20

3.5K 389 46
                                    

Karinska dengan langkah kaki cepat, menuju ruang kepala sekolah. Ia baru mendapat kabar bahwa ia dipanggil ke ruang guru, sepertinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Saat membuka pintu ruang guru ia melihat Rafael, dengan langkah pelan ia duduk disamping kursi Rafael.

"Em, permisi pak ada urusan apa ya? Saya dipanggil kesini? " tanya Karinska sopan, sesekali ia melirik Rafael yang ada disampingnya.

"Ehem jadi begini, saya ingin sekolah ini mengikuti pertandingan basket dengan sekolah lain yang berada disebelah sekolah kita yang bernama Cempaka high school. Saya ingin sekolah kita bersaing dengan cempaka high school, jadi saya memanggil kalian berdua yang adalah kedua kapten basket. Saya harap kalian ingin mengikuti pertandingan basket ini, dan saya harap kalian tidak mengecewakan sekolah ini" jelas pak Bondan, selaku kepala sekolah di Kencana high school.

Karinska yang mendengarnya terkejut, ia masih belum siap untuk mewakili sekolah. Tiba-tiba ia merasa ada tangan yang memegang tangannya, ia menoleh kesamping mendapati Rafael yang tersenyum penuh keyakinan.

Matanya seolah-olah berkata, tenang ada aku. Yang membuat Karinska lebih tenang.

"Ssaya siap, untuk mewakili sekolah kita" ucap Karinska mantap, hati nya sudah siap untuk mewakili sekolah. Rafael yang disampingnya tersenyum.

"Baiklah, minggu depan adalah waktu pertandingan. Jadi masih ada waktu untuk kalian latihan dengan baik" ucap pak Bondan, Karinska yang mendengarnya terkejut. Latihan hanya dalam seminggu?

"Baik pak"

"SERIUS? LO MAU IKUT PERTANDINGAN BOLA BASKET UNTUK MEWAKILI SEKOLAH KITA? " teriak Gura heboh, yang mulutnya langsung ditampol Mara. Untung saja, saat ini lorong sekolah lagi sepi.

"Lo bisa gaksi gausah tereak-tereak" protes Mara.

"Iyanih, kalo gw budeg itu salah lu ye" ucap Karinska, sambil menunjuk Gura.

"Hehehee ya mangaap"

"MAAF" teriak Mara dan Karinska bersamaan.

🐥🐥🐥

"Kamu" Gura yang merasa terpanggil menoleh kearah guru yang sedang berdiri ditangga sekolah menatapnya, ia memiringkan kepalanya lalu menunjuk dirinya sendiri.

"Saya bu? "

"Bukan, singa" Gura yang mendengarnya langsung menoleh kekanan dan kiri.

"Tapi gaada singa disini bu" ucap Gura polos.

Guru itu terlihat berusaha menahan emosinya.

"Ya jelas-jelas kamu, kan disini cuma ada kamu" tekan guru itu yang bernama bu Widya.

"Oooo" Gura hanya ber oh ria.

"Sini kamu" pinta bu Widya, Gura menurutinya dan mendekat kearah bu Widya.

"Ada apa ya bu? " tanya Gura, dengan senyum yang menurut bu Widya sangat menyebalkan.

'Sejak kapan saya memiliki murid modelan seperti ini? '

Bu Widya menyerahkan sekantung kresek, Gura dengan dahi yang mengernyit menerimanya.

"Apa ini bu? "

"Tolong kamu tanam biji bunga matahari disana" pinta bu Widya, sambil menunjuk kearah beberapa tanah yang kosong, khusus tanaman bunga.

we don't will changeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang