1. Gifts and Bribes

105K 5K 97
                                    

insta: beeverse_for more info

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

insta: beeverse_
for more info

.

Pernah suatu ketika aku bermimpi tentang indahnya Kota Paris. Tentang bagaimana aku menjelajahi setiap sudut kota tanpa memikirkan semua permasalahan yang silih berganti datang, tentang secangkir americano yang kunikmati sembari memandangi gagahnya Menara Eiffel, dan tentang sebuah museum terkenal yang sejak dulu ingin kudatangi.

Ketika terbangun, aku merasa diberi sebuah berkat. Bahagia sebab hanya dengan mimpi aku bisa merasakan bagaimana rasanya bersenang-senang seorang diri di Kota Mode. Memiliki banyak angan indah, tetapi belum mampu mewujudkannya.

Aku selalu berharap agar mimpi itu datang kembali, mimpi yang kutunggu setiap malam manakala menjelang tidur. Bukan mimpi buruk tentang keluargaku, terutama ibuku.

Namun, sekarang aku tak lagi mengharapkan datangnya mimpi itu, aku tak lagi berdoa agar semesta berbaik hati padaku setiap malam. Karena saat ini, aku sudah bisa melihat kota ini secara langsung, menikmati hariku sendirian tanpa memikirkan segala beban. Dan aku bersyukur untuk itu.

Cerahnya langit Paris dan arsitektur bangunan yang selalu membuatku terpukau terekam sempurna di dalam otakku sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di sini, hingga ketika aku kembali pergi. Seperti saat ini, aku merekam bagaimana detik-detik pesawat yang kunaiki lepas landas meninggalkan Paris. Selama itu pula aku mengulas senyum, berupaya meyakinkan diriku bahwa suatu hari nanti akan kembali datang ke sini bersama orang terkasih.

Sepanjang penerbangan aku banyak menghabiskan waktu dengan memejamkan mata, menetralkan perasaanku sebelum benar-benar tiba di Seoul—tempat tinggal sekaligus neraka bagiku. Sejurus aku memutar berbagai kenanganku kala berada di Paris selama satu minggu. Sejujurnya dari semua ingatan, ada yang sedikit mengganjal, yaitu tentang malam pertamaku di sana.

Aku masih ingat jelas manakala aku masuk ke dalam sebuah klub malam yang cukup ternama, bertemu dengan seorang pria tampan keturunan Korea, dan berakhir terengah di atas ranjang. Sebenarnya tidak ada yang aneh mengenai itu, aku mengakui jika itu bukanlah kali pertama aku melakukan one night stand. Namun masalahnya, entah mengapa aku benar-benar penasaran dengan pria itu.

Pagi usai melewati satu malam yang panjang, aku terbangun sendirian dengan keadaan tanpa busana di kamar hotelku, dress dan pakaian dalam yang kukenakan semalam telah berserak di atas lantai. Awalnya aku berpikir jika mungkin aku terlalu mabuk sehingga mengalami mimpi panjang yang erotis, tetapi ketika melihat sapu tangan berwarna biru dengan motif ular di salah satu sudutnya membuatku tersadar jika yang semalam terjadi bukanlah bunga tidur.

Pria itu pergi begitu saja tanpa mengucapkan pamit atau meninggalkan pesan kepadaku.

Rasanya sangat nyata, tubuhku merekam seluruh sentuhan sensual pria itu. Sentuhan terlembut yang pernah kudapat, sekaligus menjadi seks ternikmat yang pernah kulakukan. Aku penasaran siapa nama pria seksi itu, sayangnya aku terlalu mabuk untuk mengingatnya. Padahal kuyakin jika malam itu kami saling mendesahkan nama satu sama lain.

Noona Can We Play? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang