21. Dime Novel

30.7K 2.2K 608
                                    

Selamat malam, Lovre

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam, Lovre. Akhirnya yang kalian tunggu update! Semoga kalian suka chapter ini yaa.

Yuk follow IG beeverse_ untuk pantengin informasi seputar karyaku. Aku sering bahas soal makna-makna dari cerita ini di sana. Kita bisa saling berinteraksi.

Anw besok mau open pre-order batch II novel Wolfsbane; Woman Power. Buat yang baca dan pengen punya novelnya, jangan lewatkan PO kali ini yaa.

Challengesnya 3,2k views, 610 vote, 350 comments.

Happy reading, Lovre!

.

Seoul adalah kota yang tidak pernah tidur. Bentangan aspal selalu dipenuhi kendaraan, hanya saja kali ini tidak sepadat biasanya. Gemerlap lampu jalan yang terpasang di sepanjang trotoar, pun lampu gedung-gedung pencakar langit menghiasi pemandangan malam di kota ini.

Manakala Range Rover milik Jeon melesat dikendarai oleh seorang supir pribadi, aku separuh menerka jika semua mobil-mobil Jeon sudah seperti kumpulan babi di parkiran khusus milik keluarga Kavinsky. Aku bahkan tidak bisa menghitung berapa mobil berbeda yang Jeon bawa setiap kali mengajakku pergi dengannya.

Sebelum mobil ini melesat, Jeon menghubungi supir pribadinya untuk datang ke apartemenku dengan membawa mobil lain. Itu semua karena kami berdua baru mengonsumsi minuman beralkohol, akan sangat berbahaya jika Jeon mengendarai mobil di bawah pengaruh alkohol, terlebih jika sampai diketahui oleh polisi. Urusannya akan semakin panjang.

Sungguh mudah baginya untuk memanggil sang supir bersama dengan mobil lain. Sejak kecil harta benda miliknya seakan seperti aliran air terjun Niagara. Berbanding terbalik dengan hidupku saat masih terjebak dalam neraka yang diciptakan oleh kedua orang tuaku sendiri.

Sejak Ahyun memerlakukanku bak seorang budak yang tak bernilai dan pantas disiksa, aku karam dalam kesendirian yang menyakitkan. Ketakutan memenjaraku selama bertahun-tahun, tidak memiliki tempat bergantung disaat usia dan keadaanku membutuhkan itu semua. Hingga kesendirian dan ketakutan itu membuatku terbiasa, aku mulai bangkit dan keluar dari neraka yang selama ini diciptakan oleh kedua orang tuaku.

Lagi-lagi aku hidup seorang diri setelah keluar dari sana. Diriku yang mulai terbiasa dalam kesendirian, membuatku tidak pernah berpikir jika pada akhirnya akan menemukan seseorang untuk kujadikan tempat beristirahat.

Noona Can We Play? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang