3. Hell Disguised As a House

71.1K 4.1K 315
                                    

follow instagram beeverse_ untuk informasi seputar karyaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

follow instagram beeverse_ untuk informasi seputar karyaku.

.

Jeon Arche Kavinsky beserta perkataan kotornya tadi siang tepatri di otakku hingga saat ini. Ia berhasil membuatku terkejut berulang kali. Pada pertemuan pertama kami dengan akal sehat tanpa pengaruh alkohol, seorang direktur utama Kavinsky Corporation berani melontarkan kalimat sekotor itu padaku. Aku tidak habis pikir dan terus mempertanyakan kewarasannya, bagaimana bisa ia menjadi seberani itu? Apa semua petinggi perusaan berlakon demikian? Kurasa tidak. Jeon memang berbeda, sepertinya hormonnya terlalu tinggi.

Menggeser tubuh guna mencari posisi ternyaman, aku duduk di ruang tengah apartemenku sambil memangku iPad berwarna silver. Hampir satu jam aku berkutat dengan layar 12,9 inchi itu untuk mencari informasi lengkap Jeon di internet. Benar yang dikatakan Hoseok tempo hari, mudah untuk mencari informasi tentang Jeon, namanya memenuhi setiap portal berita yang ada dengan kesuksesan-kesuksesannya di dunia bisnis.

Aku membaca puluhan artikel yang mengulas tentang kehidupan Jeon sebagai seorang direktur utama sekaligus anak dari CEO Kavinsky Corporation. Semuanya nyaris sempurna, seolah Jeon lahir dengan berkat tiada tara. Ayahnya masuk ke dalam daftar lima orang paling berpengaruh di Korea Selatan, tepatnya menempati posisi nomor empat. Pun menjadi salah satu orang terkaya di Negeri Gingseng ini.

Aku bisa membayangkan betapa mewahnya kehidupan keluarga Kavinsky termasuk Jeon sendiri. Pria itu jauh dari kata 'kurang'. Tidak heran jika di beberapa artikel tadi aku menemukan anak perempuan dari pembisnis lain menyukai Jeon bahkan terang-terangan mendekatinya. Meskipun begitu, aku tidak menemukan berita kencannya dengan gadis manapun.

Entahlah, aku juga tidak peduli dengan kisah romansa orang lain.

Tetapi aku yakin Jeon telah meniduri banyak gadis. One night stand—seperti yang kulakukan tempo hari di Paris bersamanya. Terlihat dari bagaimana ia di atas ranjang saat bersamaku, permainannya sangat lihai, aku masih mengingat bagaimana lembutnya sentuhan Jeon kala itu.

Sial, hentikan pikiran kotormu, Li.

Aku menggelengkan kepala untuk menetralkan isi pikiranku kembali yang sempat kotor. Kemudian kembali fokus pada layar iPad di pangkuanku. Ibu jari dan telunjukku mengapit stylus pen guna mengontrol layar, mataku membaca setiap kalimat yang tertera pada berita yang sedang hangat hari ini mengenai Jeon.

"Kurasa dia tidak pernah merasakan lezatnya street food di dekat Sungai Han," ucapku setelah selesai membaca berita kesuksesan Jeon dan keluarganya. Aku menghela napas sambil merenggangkan otot-otot lenganku, lalu memejam dan menyelam pada bayanganku akan mewahnya kehidupan Jeon sejak masih berbentuk zigot.

Tidak sampai berselang lima menit, aku merasakan ponselku berdering di dalam kantung piyamaku. Segera aku meraihnya dari dalam sana dan melihat nama yang tertera pada layar.

Noona Can We Play? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang