6. I Can be a Good Boy

55.6K 3.8K 779
                                    

Sesuai janji aku up setelah 100 komentar di chapter 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai janji aku up setelah 100 komentar di chapter 5. Sekarang challenges barunya 1k views dan 100 komentar ya. Kalau bisa segitu aku langsung update tanpa nunggu seminggu.

Aku suka bacain komentar kalian, bagi aku itu sebuah apresiasi atas kerja kerasku. So jangan jadi silent readers, ya. Hargai kerja kerasnya author, vote dan komen ga susah kok.

Selamat membaca!

.

Sudah genap sepuluh hari Jeon Arche Kavinsky tidak mengusik hidupku sejak malam di mana aku menegaskan terkait hubungan kami dan menjumpai sirat wajahnya yang tak luput dari kekecewaan. Ada banyak spekulasi dalam otakku terkait alasan di balik menghilangnya Jeon selama sepuluh hari dari jangkauanku.

Sebenarnya ini cukup bagus, hidupku menjadi tenang tanpa usikan dari konglomerat mesum itu. Tetapi entah mengapa batinku merasa ada sesuatu yang melapik. Aku memiliki beberapa spekulasi. Pertama, Jeon hanya berniat memanfaatku untuk kebutuhan biologisnya, pasalnya pria itu berhenti menggangguku tepat setelah seks kedua kami. Kedua, dia merasa sakit hati dengan perkataanku malam itu dan memutuskan untuk menyerah mendekatiku. Ketiga, jadwalnya benar-benar padat sehingga tidak memiliki waktu untuk merusuhi hidupku lagi.

Namun untuk poin ketiga kurasa kurang akurat. Sejauh ini aku sudah mengetahui beberapa watak Jeon—ketika pria itu sudah memiliki tujuan dan ambisi, ia tidak akan menyerah begitu saja. Ingat ketika kami bertemu di lokasi pemotretanku untuk pertama kalinya? Jeon bahkan tidak memerdulikan semua jadwalnya dan memilih untuk melihatku bekerja seharian.

Bukannya terlalu percaya diri, tetapi aku cukup peka terhadap sekitarku.

Manakala berada di lokasi syuting, aku sulit untuk memusatkan perhatianku pada satu hal. Otakku sibuk membuat spekulasi namun tidak kunjung menemukan jawaban. Sutradara Han sempat menegurku karena beberapa kali ia melihatku tidak fokus pada pekerjaan. Ia mengerti kondisiku, lantas memberiku waktu untuk istirahat.

Dua menit yang lalu, seorang staf wanita berbaju biru menanyakanku perihal ingin dibuatkan minuman apa, dan kurasa kopi tanpa gula adalah pilihan terbaik.

Di bawah pohon rimbun dengan semilir angin, aku duduk bersama beberapa staf sambil berbincang. "Sebentar lagi peluncuran gim terbaru Kavinsky Corporation, aku lebih menyukai konsep kali ini ketimbang yang sebelumnya." Eun Choon Hee menggeser kursinya agar semakin dekat dengan kami. Dia seorang aktris senior yang terkenal sangat ramah dan mudah bergaul, itu membuatku nyaman berada dalam satu project film dengannya.

Sutradara Han berjalan mendekati kami sambil membawa segelas kopi, lalu duduk di salah satu kursi yang masih kosong. "Kudengar Kavinsky Corporation sedang berkolaborasi dengan artis pendatang baru, memangnya siapa?" ujar sutradara Han.

Noona Can We Play? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang