selamat sore, lovre! yang kangen arche mana suaranya? dia muncul di chapter ini! ramaikan chapter ini ya. vote dan komentarnya dikencengin lagi, suka ga sebanding sama views soalnya.
don't be a silent reader! belajar menghargai karya penulis dengan cara vote dan komen.
informasi seputar karyaku ada di instagram beeverse_.
challenges: 5k views, 1k votes, 600 comments.
happy reading, lovre!
.
Sejak melakukan konversasi dengan Kyung Mi dua hari yang lalu, aku tidak dapat tidur nyenyak lantaran isi kepalaku dipenuhi oleh berbagai praduga terkait hubungan keluargaku dengan keluarga Kavinsky, pun Kim Vante yang ternyata menjadi bagian dari keluarga konglomerat itu.
Usai berperang dengan pikiranku sendiri, malam ini aku memutuskan untuk pergi menemui Ahyun guna mengorek beberapa informasi. Barangkali ia bisa memberiku petunjuk tentang misteri yang ingin kupecahkan. Sebenarnya ini cukup berisiko bagiku, seperti yang sebelumnya, aku bisa saja bertengkar dengannya hingga berpotensi membuatku terkena serangan panik, alih-alih mendapat informasi. Kendati demikian, aku harus tetap menemuinya, aku tak bisa jika hanya berdiam diri sambil menunggu segala pertanyaanku terjawab dengan sendirinya.
Di dalam lift seorang diri, manikku menilik jam tangan yang melekat pada pergelangan tangan kiriku. Jarum jam telah menunjuk ke angka tujuh, itu artinya aku harus bergerak lebih cepat agar sampai ke gedung utama perusahaan Oh Group sebelum Ahyun pulang ke kediamannya. Aku tahu jika ia akan kembali bersama suaminya pukul delapan malam, aku tidak sudi kalau harus menemui wanita itu di kediamannya jika terlambat sampai ke perusahaan suaminya.
Manakala pintu lift sudah terbuka lebar, tungkai jenjangku melangkah dengan sedikit terburu ke basement parkir. Aku mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas kecilku setelah manikku menangkap mobil berwarna putih yang biasa kukendarai jika pergi tanpa Hoseok ataupun Jeon. Bersamaan dengan gemericik kunci, tiba-tiba saja sebuah suara berat yang tak asing bagiku terdengar mengudara tidak jauh dari posisiku sekarang.
"Noona!" seru Jeon, berdiri di sebelah mobil Mercedes-Benz GT63S berwarna hitam dengan sebuah bucket bunga di tangannya.
Aku sedikit terkejut melihat presensinya di sini, ia datang tanpa mengabariku sebelumnya. "Kau datang?" tanyaku basa-basi. Sedikit canggung sebab teringat pertengkaran kami saat itu.
Pria berjas hitam dengan kemeja putih itu melangkah mendekatiku disertai senyuman semringah. Rambutnya ditata rapi ke belakang dengan piercing di beberapa bagian tubuhnya—telinga dan bibir. Sementara tato pada lengannya tak terlihat karena tertutup oleh kemeja dan jas yang ia kenakan. Sungguh penampilannya ditambah dengan bucket bunga lily di tangannya mampu membius tubuhku selama beberapa detik. Perawakannya seperti seorang pria mapan yang menghampiri kekasihnya sepulang bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noona Can We Play? [SUDAH TERBIT]
Romance[ SEMUA CHAPTER MASIH LENGKAP ] Lilith menemukan guilty pleasure barunya tepat setelah menjalani malam panas penuh penghakiman bersama seorang kongklomerat yang seksi dan memabukkan. Sebelumnya ia bersumpah bahwa tidak akan pernah menjalin ikatan de...