21: That's Why It's Okay

129 36 1
                                    

Kami meninggalkan ruangan Ben beberapa menit yang lalu. Robert tidak akan tinggal sampai sore, jadi aku mengajaknya untuk mengelilingi tempat ini sampai ia puas sebelum siang.

Robert datang ke tempat ini sebagai tamu namun  dia bersikap solah dia yang tuan rumah. Ia berjalan memimpin hampir setiap saat, menuntunku masuk ke tempat-tempat yang menurutnya sudah mulai berubah sejak ia lulus enam tahun yang lalu.

Saat kami tiba di lantai dasar, Robert berhenti di depan jendela besar yang menghadap ke sayap bagian kanan sekolah. Di depannya terdapat sebuah ruang beukuran sekitar lima kali lima meter.

Aku tak pernah memperhatikannya sebelumnya, namun sekarang baru kusadari ruangan itu terlalu biasa dan kontras jika dibandingkan dengan sekolah di seberangnya yang lebih bergaya modern.

"Itu ruang penyimpanan," kataku pada Robert.

Robert mengangguk. "Kau tahu kenapa ruangan itu terlihat lebih tua dari ruangan lainnya?"

Aku hanya menggeleng.

"Tujuh tahun yang lalu—saat aku masih siswa junior—ada seorang anak dengan elemen api yang over reaksi dan menghanguskan hampir tiga perempat bangunan sekolah," ujar Rober. "Hanya ruangan itu yang baik-baik saja karena berada di seberang sekolah. Yang lainnya habis."

"Apa yang terjadi dengan anak itu sekarang?"

"Tentu saja tak selamat," jawab Robert. "Api itu memang tidak bisa melahap dirinya sendiri, namun runtuhan bangunan menguburnya saat ia jatuh dan hilang kesadaran."

Sebelumnya aku tidak pernah berpikir bahwa sesuatu semiris itu bisa benar-benar terjadi. Namun setelah aku melihat bagaimana Natalie hilang kesadaran di depan kakiku sendiri, aku tidak lagi terkejut.

"Rob," aku berkata dengan jeda lambat. Beberapa orang sensitif dengan pertanyaan ini—sama sepertiku. Jadi, aku berhati-hati saat menanyakannya. "Apa jenis kemampuanmu?"

Robert tersenyum sedikit, dari reaksinya kutebak itu bukan hal yang harus disembunyikan. Maka jawabannya.. hanya kinesis umum.

"Aku pengendali logam," ujarnya. Tepat seperti dugaanku.

"Kau pasti hebat," kataku sambil mendongak untuk memandangnya.

"Milikmu lebih hebat dariku," sanggahnya. "Kinesis murni dan elemen perlu sumber daya untuk dikendalikan—sedangkan milikmu bisa dikendalikan dengan tangan kosong."

"Tapi sumber daya yang kau perlukan ada di mana saja dan nyaris tak terbatas. Kau bisa melumpuhkan musuh dengan sekali pukul menggunakan logam sebelum mereka berbalik," sergahku dengan sengit. Kemudian perutku terasa mual. "Oh, kurasa itu sedikit terlalu berlebihan."

Robert tertawa, kemudian mengangguk. "Baiklah, aku memang hebat. Kurasa kita tidak perlu mendebatkan sesuatu yang memang fakta."

Aku menganga di depannya. "Kau harus membagi Susan setengah dari kepercayaan dirimu."

"Akan kubagi saat aku pulang," sahutnya.

Robert berbalik, duduk di atas undakan jendela dan menatap kosong lorong di depannya. Kami tidak boleh menggunakan kemampuan di koridor sekolah, asrama atau tempat mana pun di dalam gedung sekolah selain di jam pelajaran dan di bawah pengawasan senior. Jadi, secara normal sekolah ini terlihat seperti sekolah lainnya.

The DescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang