PROLOGUE

2K 108 12
                                    

Saat aku membuka mata, tanganku masih gemetar mencengkram erat ujung seprai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat aku membuka mata, tanganku masih gemetar mencengkram erat ujung seprai. Sedetik yang lalu aku sedang berdiri di dalam sebuah hutan, dengan darah yang sudah mengerak di lengan kiriku. Saat ini aku di tempat tidur, dengan napas yang memburu.

Aku tidak merasakan apa pun saat aku berbaring. Namun saat kupaksa tubuhku untuk bergeser, sekonyong-konyong rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuhku.

Sebuah kain berbahan seperti karet terlilit di balik kausku, membungkus sebelah dadaku sampai hampir ke siku. Seketika aku ingat, bahwa yang aku mimpikan sebelumnya adalah sebuah kenyataan.

Aku menghela napas, dan merasakan semuanya kembali. Beberapa orang dengan kemampuan anehnya melancarkan serangannya secara gila kemarin, hingga berhasil membuatku hilang kesadaran dan bangun dengan tulang selangka yang patah dan lengan bagian atas yang robek.

Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika aku tidak mengikuti mereka untuk meninggalkan tempat itu. Beberapa bulan yang lalu para petinggi sudah memperingatkanku untuk berhenti mencari tahu, saat itu sebenarnya aku masih punya kesempatan untuk hidup.

Mungkin jika aku hanya diam, peluangku untuk mati tidak akan sebanyak belakangan ini. Namun anehnya aku tak pernah menyesali keputusan itu.

Aku kehilangan kehidupan normalku sebagai gadis enam belas tahun, namun aku mendapatkan jawaban tentang masa laluku yang rumpang. Dan seiring dengan itu, aku mendapatkan satu-satunya alasan yang membuatku tetap ingin hidup.

Di balik pintu, teman-temanku sudah berkumpul menungguku untuk bangun. Dalam barisan itu, seorang pemuda keluar dari lingkaran dan melangkah mendekatiku. Netranya yang menyala membuat dadaku menghangat, melunturkan seluruh nyeri di tubuhku.

"Kita harus bergerak lagi!" Pemuda itu mengulurkan tangannya. Dan aku menyambut uluran tangannya.

[The Descent]

The DescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang